Isra’ Mi’raj: Peristiwa Suprarasional yang dapat Dihayati Melalui Pendekatan Imani
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Cendekiawan muslim Indonesia, M. Quraish Shihab, menjelaskan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj bukankah peristiwa biasa. Ia menyebutnya sebagai peristiwa suprarasional.
“Isra’ Mi’raj atau perjalanan Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Baitul Maqdis, dengan naik ke Sidrat al-Muntaha lalu kembali lagi ke Makkah,” kata Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah Kehidupan dikutip Rabu (07/02/2024).
Peristiwa ini lanjut Quraish Shihab hanya mampu dihayati oleh kelompok rasionalis dengan cara melakukan pendekatan imani. Tanpa itu kelompok rasionalis akan menolaknya.
“Dalam waktu yang sangat singkat (Isra’ Mi’raj) merupakan peristiwa suprarasional yang tidak dapat dihayati kecuali melalui pendekatan imani,” jelasnya.
Peristiwa itu membuktikan bahwa ilmu dan kodrat Ilahi menjangkau bahkan melampaui segala sesuatu.
Memang dapat saja kaum empiris dan rasionalis yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu akan mempertanyakannya.
Misal bagaimana mungkin peristiwa tersebut dapat terjadi, bukankah ia tidak sesuai dengan hukum-hukum alam, tidak dapat dibuktikan dengan patokan-patokan logika?
Bagaimana mungkin kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya dapat terjadi pada seseorang? Begitu sanggahan dari orang-orang yang menolak pendektan imani (ilahiyah).
“Kita dapat berkata kepada mereka, kenyataan ilmiah menunjukkan bahwa setiap sistem gerak mempunyai perhitungan waktu yang berbeda dengan sistem gerak yang lain,” ungkapnya.
Kenyataan empiris pun membuktikan bahwa kebutuhan akan waktu untuk mencapai suatu sasaran berbeda antara sesuatu dan lainnya.
“(Misal) benda padat membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan cahaya, sehingga pada akhirnya kita dapat berkata bahwa ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran yang dikehendakinya,” tandasnya. []