Islam Larang Keras Berprasangka Buruk Pada Orang Lain

 Islam Larang Keras Berprasangka Buruk Pada Orang Lain

Larangan Prasangka Buruk

HIDAYATUNA.COM – Berprasangka buruk kepada orang lain adalah suatu hal yang sangat dibenci dalam Islam. Ini tentunya tidak terlepas dari alasan bahwa berprasangka buruk mampu menimbulkan dampak negatif yang sangat besar.

Orang yang selalu berprasangka buruk, dirinya akan lebih sering untuk menilai atau memandang segala sesuatu dari sisi yang negatif. Tanpa ia mencari tahu terlebih dahulu apakah prasangka tersebut valid atau tidak.

Larangan berprasangka buruk juga telah ditegaskan Allah SWT di dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 12 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.

 Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Melalui ayat tersebut menjelaskan bahwa ketika kita berburuk sangka kepada orang lain, maka untuk selanjutnya kita akan terpancing untuk mencari hal-hal yang buruk pada diri orang lain.

Dari sinilah awal mula ghibah atau bergosip. Ia rela menggunakan waktu berharganya untuk menggali kejelekan orang lain yang sia-sia dan dosa.

Prasangka yang Mendatangkan Dosa dan Tidak Mendatangkan Dosa

Menurut Imam Sufyan Ats-Tsauri, prasangka terbagi menjadi prasangka yang mendatangkan dosa dan prasangka yang tidak mendatangkan dosa.

Pertama adalah orang yang berprasangka dengan menunjukkan lewat ucapannya, dan kedua adalah orang yang berprasangka di dalam hati.

Prasangka melalui ucapan jelas menuju ke arah dosa. Meskipun berprasangka di dalam hati tidak merujuk kepada dosa, namun ini berpotensi untuk mengarahkan kepada prasangka yang akan ditunjukkan dengan lisannya tersebut.

Sehingga, tetap saja yang namanya berprasangka buruk tidaklah memberi kebaikan. Justru akan mengarahkan untuk mengembangkan prasangkanya menjadi semakin kentara.

Bahkan Rasulullah saw sendiri juga selalu mengajarkan kepada para sahabatnya agar selalu berbaik sangka. Tidak hanya kepada Allah SWT saja, tetapi juga kepada orang-orang di sekitar mereka. Tujuannya adalah agar terhindar dari permusuhan dan hati mereka tetap bersatu.

Efek Negatif dari Berburuk Sangka

Prasangka buruk yang dibiasakan dan tidak berusaha untuk dihilangkan, maka mampu memberikan banyak efek negatif di dalam kehidupan kita. Hati kita akan selalu diliputi dengan rasa cemas, tidak tenang, dan selalu gelisah.

Siapa pun yang kita lihat, tidaklah baik di mata kita. Akan tetapi terlihat buruk dan seolah-seolah telah menjadi musuh.

Selama berprasangka buruk, diri sendiri akan dipenuhi dengan hal-hal yang negatif termasuk dengan emosi kita. Kondisi seperti ini akan berdampak pada jiwa yang membuat hidup terasa tidak membahagiakan.

Karena kita bisa merasakan, saat diri diliputi oleh pikiran yang positif, menganggap orang di dekat kita sebagai seorang teman yang baik, maka hidup akan terasa bahagia dan tidak akan merasa cemas.

Lebih seriusnya, dari sikap yang suka berburuk sangka akan membuka pintu menuju permusuhan. Tentu saja akan terlihat jelas saat kita tidak menyukai orang lain, lalu tiba-tiba bertemu. Baik dari tingkah laku maupun ucapan akan bisa dilihat dan dirasakan oleh lawan kita yang menunjukkan tidak bersahabat.

Orang lain pun akan merasa tidak nyaman untuk dekat dengan kita dan memilih untuk menjauh. Jika kita sampai menunjukkan prasangka buruk tersebut secara jelas melalui lisan. Bukan hal yang mustahil untuk menciptakan permusuhan.

Tabayyun Sebagai Cara Meninggalkan Prasangka Buruk

Sebagai upaya untuk meninggalkan prasangka buruk pada orang lain, maka kita haruslah ber-tabayyun.

Secara istilah, tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi informasi, tidak bersikap tergesa-gesa di dalam memutuskan masalah, baik dalam hal hukum, kebijakan, dan sebagainya sampai permasalahannya benar-benar jelas.

Melalui sikap tabayyun, kita tidak akan menjadi manusia yang dengan mudah saja untuk menafsirkan atau menghakimi bahwa orang lain itu buruk.

Pentingnya tabayyun juga sudah disampaikan Allah SWT di dalam surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan. Kemudian akhirnya kalian menyesal atas perlakuan kalian.

Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak memupuk sikap berburuk sangka karena bukan hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri. Dalam hal ini tidak ada yang diuntungkan dari berburuk sangka. Justru dampak negatiflah yang menunggu untuk kita terima.

Widya Resti Oktaviana

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *