Inilah Porsi Makan Sesuai Sunah Nabi

 Inilah Porsi Makan Sesuai Sunah Nabi

Makan dengan Porsi Sedikit, Langkah Sehat ala Rasulullah Saw (Ilustasi Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Hampir semua umat Islam hafal dengan hadis Nabi, “Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang”. Namun sebenarnya porsi makan yang pas untuk kita konsumsi sehingga perut kenyang sesuai sunnah Nabi itu, seberapa sih?

Abu Hurairah, sebetulnya pernah makan sampai kenyang di hadapan Nabi SAW. Bahkan para Sahabat Nabi Muhammad Saw yang lain pun sering berkali-kali makan sampai kenyang.

Oleh karena itu, rasa kenyang setelah makan terkadang diperbolehkan oleh Nabi. Namun kenyang yang dirasakan Abu Hurairah dan para sahabat bukanlah kebiasaan mereka.

Menukil dari Al Qurthubi, Ibnu Hajar menjelaskan dengan menceritakan kembali kisah dari Abu Al Haitsam.

Suatu ketika, Nabi Muhammad Saw dan para sahabat menyembelih domba dan mereka makan sampai kenyang. Ini menjadi bukti bahwa memang makan sampai kenyang dibolehkan.

Meski begitu, yang dibenci adalah ketika rasa kenyang menyebabkan malas dan enggan berdiri untuk beribadah. Sifat dibenci ini bisa naik menjadi larangan berdasarkan kadar kerusakan yang ditimbulkan.

3 Kedudukan Makanan

Ibnu Qayyim menjelaskan, dilansir dari Republika.co.id, ada tiga kedudukan makanan. Pertama, mengambil sebanyak yang diinginkan. Kedua, melewati batas cukup tetapi tidak mencapai tingkat kepuasan yang merugikan.

Terakhir, yang lebih banyak dari itu. Singkatnya, menurut Ibnu Qayyim, tiga kedudukan makanan ialah keinginan, kecukupan, dan keutamaan.

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw mengajarkan untuk mengisi perut dengan porsi atau takaran maksimal sepertiga makanan. Misalnya mengisi dengan minuman, dan sepertiga lagi nafas. Inilah yang paling mendatangkan manfaat untuk tubuh dan hati.

Sebab, jika perut penuh dengan makanan, maka ruang untuk air pun menjadi sempit. Ketika ruang sempit itu diberi air, tubuh menjadi tertekan, bisa memicu stres, dan menyebabkan kelelahan karena membawa beban yang berat. Kondisi demikian bisa membuat hati rusak dan malas beraktivitas.

Dalam hadis Miqdam bin Ma’dikarib yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Nabi Saw bersabda:

مَا مَلَأ آدَمِي وِعَاء شَرًّا مِنْ بَطْن، بِحَسْب اِبْن آدَم لُقَيْمَات يُقِمْنَ صُلْبه، فَإِنْ غَلَبَ الْآدَمِيّ نَفْسه فَثُلُث لِلطَّعَامِ، وَثُلُث لِلشَّرَابِ، وَثُلُث لِلنَّفَسِ

“Tiada tempat yang paling buruk yang dipenuhi oleh manusia daripada perutnya. Cukup bagi anak Adam beberapa suap saja untuk menegakkan tulang belakangnya. Jika tidak, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk air, minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *