Inilah Pidato KH. Wahab Hasbullah saat Pemakaman KH. Hasyim Asyari
HIDAYATUNA.COM – Banyak yang tidak mengetahui bahwa pada saat pemakaman KH. Hasyim Asyari, kolega sekaligus murid beliau yaitu KH. Wahab Hasbullah memberikan pidato yang sangat menyentuh.
Diceritakan tentang detik-detik wafatnya KH. Hasyim Asyari adalah saat Kiai Ghufron dari Surabaya yang menjelaskan situasi tentang jalannya pertempuran agresi pertama Belanda.
Saat pembicaraan Kiai Ghufron sampai kepada kemenangan Jenderal S.H. Spoor di Singosari Malang, tampak beliau lebih konsentrasi mendengarkannya. Tatkala dijelaskan jumlah korban rakyat yang tiada berdosa dan kerugian Republik Indonesia kehilangan daerah karena dikuasai oleh Belanda, tiba-tiba beliau berkata :
“Masya Allah,Masya Allah“, sambil menekan kepalanya kuat-kuat .
KH. Hasyim Asyari lantas pingsan dalam keadaan duduk, tetapi para tamu tidak mengetahui bahwa beliau pingsan. Mereka menganggap beliau tertidur karena kelelahan.
Oleh karena itu, Kiai Ghufron meminta kepada para tamunya untuk pulang terlebih dahulu dan besok menghadap kembali. Setelah Kiai Ghufron memperhatikan kondisi tubuh beliau lebih seksama, barulah ia menyadari bahwa KH. Hasyim sedang tidak sadarkan diri.
KH. Hasyim lantas diperiksa oleh seorang dokter bernama Angka. Setelah beberapa tindakan dari doketr angka nafas Kiai Hasyim tampak agak ringan, walau tetap dalam kondisi mengkhawatirkan. Kekhawatiran tersebut terjadi, tepat pada pukul 03:45 pagi hari jumat , 25 Juli 1947 (7 Ramadhan 1366H) beliau wafat dalam usia 76 tahun.
Berita wafatnya KH. Hasyim Asyari ini mengagetkan masyarakat karena mereka tidak pernah mendengar KH. Hasyim sakit. Sehingga sempat memunculkan reaksi yang beragam, mulai dari tidak percaya hingga marah dan menganggap itu isu yang dihembuskan oleh mata-mata musuh.
Para pentakziah berdatangan dari berbagai pelosok, mulai dari kiai, tokoh politik dan lain-lain untuk bertakziah. Ada riwayat dari KH. Irfan Sholeh bahwa sewaktu hendak men-shalatkan jenazah KH. Hasyim Asyari inilah muncul sedikit kesulitan mencari imam.
Padahal banyak sekali kiai yang bertakziah, namun masalahnya semua kiai tersebut merasa tidak layak dan tidak berani menjadi imam shalat jenazah Rais Akbar NU, Belum lagi yang menjadi makmun adalah banyak para kiai besar termasuk KH. Wahab Hasbullah.
Dalam kondisi demikian Kiai Wahab Hasbullah lantas mengumumkan bahwa yang akan menjadi imam adalah adik beliau yaitu KH. Abdul Hamid Hasbullah. Setelah itu para pentakziah yang sangat banyak tersebut mengambil shaf untuk jadi makmum dengan imam KH. Abdul Hamid Hasbullah.
Pidato KH. Wahab Hasbullah
Setelah selesai shalat, jenazah KH. Hasyim dibawa ke pemakaman. Setelah selesai proses penimbunan pusara dengan tanah KH. Wahab Hasbullah menyampaikan pidato sebagai berikut :
Selaku famili daripada almarhum KH. Hasyim Asyari rohimahullah, kami menyatakan rasa duka cita sebab kemangkatan beliau, terutama pula waktu meninggalnya itu tepat pada masa yang sungguh kita masih sangat menghajatkan pimpinan dan komandonya.
Ibarat sebuah kapal membawa beribu-ribu umat Islam yang akan disampaikan ke “pulau bahagia dan sejahtera”, maka beliau almarhum adalah nahkoda dari pada kapal tersebut .
Dalam keadaan yang sungguh sangat menghawatirkan dan menyedihkan karena bahaya ombak dan gelombang yang menghantam kapal umat Islam tadi berpulanglah almarhum menghadap yang esa ke alam kelanggengan.
Sekarang almarhum sudah tiada lagi dalam kapal kita itu. Ia telah pergi meninggalkan kita, pergi untuk selama lamanya. Belum selang beberapa lama yakni masih hanya beberapa hari yang lalu saja almarhum sebagai nahkoda telah menunjukkan plan dan usahanya yang penghabisan kepada kami dan beberapa orang ulama untuk menyelamatkan dan menghindarkan seluruh umat Islam Indonesia ini dari ancaman bahaya yang sangat besar dan ngeri itu.
Rencana atau plan tersebut adalah rencana yang berat tetapi pasti dapat menolong kapal umat Islam yang mulai oleng dan mungkin karam tadi. Rencana dan plan itu ialah merupakan keputusan dari kebulatan hatinya, yakni berjuang terus dengan tiada mengenal surut dan kalau perlu zonder (tanpa) istirahat.
Moga Allah SWT melimpahkan Rahmatnya, tiada saja melulu meliputi akan arwah almarhum tetapi juga meluap dan merata kepada seluruh umat Islam, terutama putra – putra almarhum, hendaknya dapat memperoleh dan mempunyai kecakapan yang luar biasa untuk memelihara dan melanjutkan cita-cita yang luhur dan jasa-jasanya. Amin
Sumber : Tambakberas Menelisik Sejarah Memetik Urwah