Inilah Perbedaan Tingkat Taqwa Seorang Mukmin

Apakah Puasa dapat Meningkatkan Taqwa? (ilustrasi/Istimewa)
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Taqwa (takwa) dapat terdiri dari dua jenis yakni, satu yang diperoleh orang biasa dan itu termasuk menghindari apa yang haram (terlarang), dan keuda adalah yang hanya dapat dicapai oleh sekelompok orang beriman yang mulia.
Sarjana universitas dan seminari Ayatollah Seyed Mostafa Mohaqeq Damad dalam sesi interpretasi Al-Qur’an baru-baru ini berbicara tentang taqwa. Kutipan pidatonya pada sesi tersebut adalah sebagai berikut:
“Hasil dari bi’tha (pengangkatan) para nabi adalah terwujudnya tauhid dan pengetahuan tauhid di dunia dan manifestasi dari pengetahuannya adalah dalam doa manusia kepada Tuhan.
Itulah sebabnya para tokoh besar Irfan (mistisisme) mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman yang turun (firman Tuhan yang telah turun) dan berdoa adalah firman yang naik. Allah berfirman dalam ayat 10 Surat Fatir,
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ ٱلْكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلْعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرْفَعُهُۥ ۚ وَٱلَّذِينَ يَمْكُرُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ أُو۟لَٰٓئِكَ هُوَ يَبُورُ
Artinya:
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (Q.S. Fatir ayat 10)
Menurut ajaran Al-Qur’an, hamba-hamba Tuhan mencapai status dan hubungan sedemikian rupa dengan Tuhan sehingga mereka berdoa kepada Tuhan dan menyebutkan permintaan pribadi mereka. Mereka meminta kesembuhan kepada Tuhan atau memberi mereka anak.
Dua hamba Tuhan lahir setelah orang tua mereka berdoa untuk memiliki anak. Yang pertama adalah Maryam a.s. yang ibunya memiliki status khusus di hadapan Allah.
Yang lainnya adalah Nabi Yahya yang merupakan sepupu Nabi Isa a.s. Ia lahir setelah ayahnya berdoa untuk memiliki anak.
Ayahnya, Zakariya, juga mendoakan anaknya menjadi orang yang sholeh. Telah disebutkan dalam hadits bahwa salah satu doa yang tidak pernah ditolak adalah doa seorang ayah untuk anak-anaknya.
Imam Shadiq telah mengutip Nabi Muhammad mengatakan bahwa doa empat kelompok orang tidak pernah kembali. Artinya, doa-doa mereka sampai langsung ke tahta Ilahi. Yang pertama adalah doa orang tua untuk anak.
Nabi Zakariya a.s. mendoakan putranya agar memiliki tiga sifat,
“… dan berkata, “Ya Tuhanku, tulang-tulangku menjadi rapuh dan rambutku memutih karena usia. Namun aku tidak pernah terhalang untuk menerima dari-Mu jawaban atas pertanyaanku. doa.” (Q.S. Maryam ayat 4)
Dan Allah menerima doanya,
“Kami menjawab doanya dengan kabar gembira tentang kelahiran seorang anak laki-laki bernama Yohanes dan mengatakan kepadanya, ‘Kami tidak pernah memberikan nama seperti itu kepada orang lain.’” (Q.S. Maryam ayat 7 )
Kabar baik itu begitu luar biasa sehingga Nabi Zakariya meminta tanda-tanda kepada Tuhan untuk memastikan itu dari Tuhan. Tuhan memberi tahu dia bahwa tandanya adalah dia tidak akan bisa berbicara dengan siapa pun selain Tuhan selama tiga hari. Setelah tiga hari, istri Zakariya, yang sudah tua dan tidak subur, hamil.
Salah satu sifat Nabi Yahya a.s. yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah taqwa,
“Kami memberinya kasih sayang dan kemurnian. Dia adalah manusia yang saleh.” (Q.S. Maryam ayat 13)
Taqwa yang Tuhan sebutkan di sini untuk Nabi Yahya berbeda dari orang-orang biasa pada umumnya.
Menurut Mulla Hadi Sabzevari, sebagaimana taubat memiliki tingkatan yang berbeda, taqwa juga memiliki tingkatan yang berbeda. Taqwa orang biasa adalah menghindari apa yang haram dan ini adalah taqwa tingkat pertama.
Tingkatan kedua, yaitu bagi orang-orang beriman yang mulia, menghindari bahkan hal-hal yang halal (diperbolehkan) yang tidak perlu. Tingkat ketiga dan tertinggi adalah menghindari segala sesuatu yang menghalangi jalan mereka untuk mencapai Tuhan. Taqwa Nabi Yahya a.s. berada pada level ini. []