Inilah Perbedaan Sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah

 Inilah Perbedaan Sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah

Khazanah Penyair Palestina: Refaat Alareer (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Apa bedanya qudrah dan qadiran? Saya pernah bertanya seperti ini pada ustadz saya dulu sewaktu kecil.

Beliau menjelaskan tetapi sepertinya beliau bingung juga membahasakannnya. Intinya pokoknya berbeda, begitu saja.

Sampai sekarang, saya mendapati banyak pelajar, bahkan pengajar, ilmu kalam yang juga tidak tahu pasti bagaimana menjelaskan perbedaan antara keduanya dengan bahasa yang sederhana.

Awal kebingungannya adalah karena keduanya sering diterjemah sama.

Qudrah = Maha Kuasa

Qadiran = Maha Kuasa

Lalu apa bedanya? Kebanyakan orang akan menyebutkan bahwa qudrah adalah sifat makna sedangkan qadiran adalah maknawi.

Tapi apakah perbedaannya? Penjelasannya panjang, mbulet dan memusingkan yang ujungnya juga tetap tidak jelas.

Kalau anda pernah belajar ilmu kalam, mungkin akan membaca ini sambil mengangguk sebagai tanda mengalami kesulitan yang sama dalam memahami apa perbedaan sifat ma’ani dan ma’nawiyah.

Tapi yang ikut kelas saya dijamin paham dengan mudah sebab perbedaannya sebenarnya sederhana. Tinggal terjemahannya dibetulkan sebagai berikut:

Sifat Ma’ani:

Qudrah = Kemampuan sempurna

Iradah = Kehendak sempurna

Ilmu = Pengetahuan sempurna

Hayah = Kehidupan sempurna

Sama’ = Pendengaran sempurna

Bashar = Penglihatan sempurna

Kalam = Komunikasi sempurna

Sifat Ma’nawiyah:

Qadir = Maha Mampu

Murid = Maha Berkehendak

Alim = Maha Mengetahui

Hayy = Maha Hidup

Sami’ = Maha Mendengar

Bashir = Maha Melihat

Mutakallim = Maha Berkomunikasi

Sifat ma’ani di atas merupakan sifat asli dari Dzat Allah yang wujud dan dapat dilihat nanti di akhirat.

Sedangkan sifat ma’nawiyah adalah sekedar status Allah yang menyandang sifat ma’ani tersebut.

Karena hanya status, maka sifat ma’nawiyah ini bukan sesuatu yang dapat dilihat di akhirat tapi hanya berupa pemahaman dalam benak kita bahwa keduanya berhubungan.

Dengan kata lain begini contohnya:

Karena Allah punya sifat qudrah (Kemampuan sempurna yang tidak terbatas), maka Allah menyandang status sebagai qadiran (Yang Maha Mampu).

Karena Allah mempunyai sifat sama’ (pendengaran sempurna yang tiada batas dan tak bisa dibatasi), maka Allah menyandang status sebagai sami’ (Yang Maha Mendengar).

Demikian bisa dikiaskan sendiri ke sifat yang lain. Mudah bukan?

Apabila anda ingin mendapat penjelasan yang mudah seperti ini, silakan daftar kelas Ilmu Tauhid yang diselenggarakan oleh NU Online.

Nanti saya bersama Gus Nur Rohmad akan mencoba menjelaskan dasar ilmu kalam secara runtut dari awal ke belakang sesuai urutan pembahasan kitab Ummul Barahin dengan penjelasan semudah mungkin. []

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *