Inilah Cara Imam Malik dan Syafi’i Menyikapi Perbedaan
HIDAYATUNA.COM – Imam Malik adalah guru bagi Imam Syafi’i, beliau mengatakan bahwa rezeki itu datang tanpa sebab. Hal itu disampaikan Imam Malik dalam suatu majelis.
Lebih lanjut Imam Malik mengatakan, cukuplah seseorang bertawakal dengan benar. Maka Allah akan memberinya rezeki.
Sebuah hadis Rasulullah Saw menjadi sandaran pendapat Imam Malik tersebut: ”Andai kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian. Sebagaimana Dia memberikan kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang.”
Sebagai murid, Imam Syafi’i justru menyampaikan pendapat yang berbeda. Dia menyampaikan pendapatnya kepada sang guru, Imam Maliki.
”Wahai Imam, seandainya sang guru tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?” tanya Imam Syafii.
Imam Maliki pun menjawab, untuk mendapatkan rezeki tentu butuh usaha dan kerja keras. Rezeki tidak datang sendiri tetapi harus dicari dan didapatkan melalui ikhtiar. Dua pendiri mazhab itu bersikukuh pada pendapatnya masing-masing.
Merayakan Perbedaan, Imam Maliki dan Imam Syafi’i Tertawa Bersama
Dilansir dari Republika.co.id, suatu saat, saat Imam Syafii berjalan-jalan dan ia bertemu dengan serombongan orang sedang memanen buah anggur.
Imam Syafi’i kemudian ikut membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, sang ia mendapatkan beberapa ikat buah anggur sebagai imbalan jasa dari pekerjaannya membantu para petani.
Ia amat senang, tapi bukan karena mendapatkan beberapa ikat anggur. Melainkan ia telah memperoleh bukti yang bisa digunakan sebagai alasan untuk disampaikan kepada Imam Malik jika pendapatnya itu benar.
Imam Syafii segera menemui Imam Malik yang sedang duduk santai. Sambil meletakkan seluruh anggur yang didapatkannya, Imam Syafii berkata mengenai pengalamannya tersebut.
“Seandainya saya tidak pernah keluar untuk memanen, tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai ke tangan saya.”
Mendengar dalil muridnya, Imam Malik hanya tersenyum. Dia mengambil anggur itu dan mencicipinya.
Dia pun berucap pelan, “Sehari ini aku memang tidak keluar pondok. Hanya mengambil tugas sebagai guru dan sedikit berpikir jika alangkah nikmatnya dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawa beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga menjadi bagian rezeki yang datang tanpa sebab? Lakukan yang menjadi bagianmu. Selanjutnya biarkan Allah yang mengurusnya.”
Imam Syafii langsung tertawa mendengar penjelasan tersebut. Kedua guru dan murid itu tertawa bersama meski mengambil dua hukum yang berbeda dari hadis yang sama.