Ini Sifat Mulia Rasulullah Saat Berhutang, Perlu Dicontoh!

Sifat Mulia Rasulullah
HIDAYATUNA.COM – Saat meminjam uang (berhutang), hendaknya kita sadar untuk membalas kebaikan peminjam uang. Saat sudah memiliki uang untuk membayar, segeralah lunasi hutang Anda. Sebab kita tidak tahu, barangkali orang yang meminjami itu juga membutuhkan uangnya.
Balas jasa saat berhutang juga pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Rasulullah pernah berhutang pada seorang Yahudi, bernama Zaid bin Sa’nah. Saat dua tiga hari sebelum habis masa penangguhan pembayaran, Orang Yahudi tersebut mendatangi Rasul.
Rasulullah saat itu sedang berkumpul dengan para sahabat. Orang Yahudi itu masuk dan langsung menarik jubah serta baju yang dikenakan oleh Rasulullah, sambil berkata:
“Hai Muhammad, kenapa anda belum juga membayar hutang? Aku tahu betul keluarga Abdul Muthalib suka menangguhkan pembayaran hutangnya.”
Mendengar perkataan itu, Umar bin Khatab berdiri, ia secara spontan naik pitam, dan dengan garangnya ia bicara :
“Hai musuh Allah, mengapa kau berani berkata menghina? Demi Allah, andaikata bukan karena takut mendahului Rasulullah, sudah ku potong kepalamu dengan pedangku ini”
Kemudian dengan tenang Rasulullah Saw. mengingatkan kepada Umar.
“Hai Umar, orang itu betul, ia sudah menuntut haknya dengan benar.”
Cara Rasulullah Melunasi Hutangnya
Rasulullah melalui Umar membayar hutangnya kepada orang Yahudi tersebut dengan tambahan dua puluh gantang kurma. Kemudian Orang Yahudi tersebut, menanyakan kepada Umar perihal kelebihan yang 20 gantang kurma itu.
Kemudian Umar berkata “Aku disuruh melebihkan pembayarannya oleh Rasulullah sebagai ganti rugi atas rasa kagetmu oleh gertakanku tadi.”
Setelah itu, Orang Yahudi menjawab, “Hai Umar, sungguh saya telah melihat tanda kenabian pada wajah Rasulullah. Namun kali ini ada dua hal yang sebelumnya tidak saya ketahui yaitu sifat santun dan lemah lembutnya yang telah menutupi kejahilan dan kebodohanku paling nyata saya alami dengan beliau, sangat menyentuh hati sanubariku. Karena itu, hai Umar, kau saksikan sekarang bahwa aku rela bertuhankan Allah dan Muhammad jadi Nabiku, serta Islam agamaku. Dan saksikan pulalah, hai Umar, separuh dari hartaku ini kusedekahkan kepada umat Islam.”
Orang Yahudi tersebut masuk Islam, dan selalu ikut serta dalam beberapa peperangan, dan akhirnya mati syahid dalam perang tabuk. (HR. Thabrani dan Ibn Majah).
Dari kisah di atas, kita bisa belajar bahwa sungguh mulianya sifat Rasulullah Saw. Bahkan dalam kisah tersebut terselip pesan bahwa, sebisa mungkin saat kita berhutang, kita bisa melebihkan sedikit pembayarannya. Hal itu sebagai salah satu bentuk atau wujud terimakasih kepada orang yang meminjami dan menolong kita.
Dalam hal ini pelebihan pembayaran atas dasar niat kita sendiri berterimakasih kepada yang meminjami. Bukan pembayaran yang dilebihkan atas permintaan dari orang yang meminjami tersebut. Jadi pelebihan pembayaran ini dasarnya adalah keikhlasan sebagai wujud terimakasih, bukan atas paksakan dari siapa pun.