Ini Ciri-ciri Kiai yang Dicintai Umatnya
HIDAYATUNA.COM – Meski Kiai Fakhri, ulama asal Bangkalan yang dicintai banyak umatnya, sudah menghadap Illahi namun bayang-bayangnya tak pernah sirna. KH. Ma’ruf Khozin mengisahkan pertemuan terakhirnya yang agak lama dengan sang kiai dalam laman Facebooknya.
Saat itu, KH. Ma’ruf Khozin meminta izin kepada Kiai Fakhri dan segenap Zuriyah Syaikhona Kholil. Pasalnya Kiai Ma’ruf Khozin punya rencana pembangunan PP Raudlatul Ulum Suramadu.
Menurut Kiai Ma’ruf Khozin, tingkat kepadatan jadwal salawatan Kiai Fakhri sangat tinggi. Sepertinya, beliau ingin mempertahankan “Bangkalan Kota Zikir dan Salawat”, tidak hanya sebagai seloganpi betul-betul menjadi realita meskipun mengorbankan kesehatan beliau sendiri.
Kiai Fakhri adalah salah satu contoh ulama Nusantara yang memiliki banyak pengikut dan dicintai mereka. Kalau Anda sering menghadiri pemakaman para kiai yang dicintai oleh umatnya, setidaknya ada 2 ciri khas yakni sebagai berikut:
1. Iringan bacaan Tahlil
Kalau ini sebenarnya hampir ditemukan di setiap pemakaman warga NU. Fadhail ini bersumber dari riwayat:
عَنِ ابنِ عُمَرَ قَالَ لَمْ يَكُنْ يُسْمَعُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ وَهُوَ يَمْشِي خَلْفَ الْجَنَازَةِ إِلاَّ قَوْلُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُبْدِيًا وَرَاجِعًا
Ibnu Umar berkata: “Tidak didengar dari Rasulullah Saw yang mengiringi janazah kecuali ucapan La ilaha illa Allah, baik ketika berangkat atau pulang” (Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dalam kitab al Kamil sebanyak dua kali, I/271 dan IV/299).
Namun gemuruh bacaan Tahlil dan tangisan orang-orang yang mencintainya terasa seperti akan memasuki alam akhirat.
2. Dihadiri Ribuan Pelayat
Hampir setiap wafatnya kiai besar akan ditemukan pemandangan seperti ini. Khusus Zuriyah Syaikhona Kholil saya mengetahui sejak KH Kholil AG, KH Abdullah Sachal (ayahanda Kiai Fakhri), Ra Lilur (Paman Kiai Fakhri) selalu dihantar oleh ribuan orang dengan bambu yang panjang (bisa ditemukan kemarin saat dari Masjid Agung Bangkalan ke Makam Mertajasa).
Pemandangan semacam ini sudah ada sejak masa ulama dahulu. Al-Hafidz Adz-Dzahabi mengabadikan prosesi pemakaman Al-Hafidz Ibnu Al-Jauzi:
ﺛﻢ ﺫﻫﺒﻮا ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺟﺎﻣﻊ اﻟﻤﻨﺼﻮﺭ، ﻓﺼﻠﻮا ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﺿﺎﻕ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ، ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﺸﻬﻮﺩا، ﻓﻠﻢ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺣﻔﺮﺗﻪ ﺑﻤﻘﺒﺮﺓ ﺃﺣﻤﺪ ﺇﻟﻰ ﻭﻗﺖ ﺻﻼﺓ اﻟﺠﻤﻌﺔ
“Mereka membawa jenazah Ibnu Al-Jauzi ke Masjid Jami’ Al-Manshur, mereka menyalatkan di sana. Penuh dengan manusia. Hari itu semua mata menyaksikan. Jenazahnya tidak bisa sampai ke liang lahat di dekat kuburan Ahmad bin Hambal hingga waktu Salat Jumat.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 15/463)
Demikian pula kemarin, jenazah Kiai Fakhri terhambat saat akan masuk ke masjid, juga ketika akan dimakamkan. Masya’Allah, begitu lah keistimewaan ulama yang dianugerahkan Allah SWT.