Indonesia Tiru Tunisia Cara Kubur Radikalisme
HIDAYATUNA.COM, Tunisia – Indonesia dan Tunisia membicarakan banyak isu dalam Konsultasi Bilateral (Konsbil) I. Selain itu, promosi Islam Wasathiyah menjadi tema penting kedua negara.
Sekretaris Ditjen Bimas Islam Tarmizi delegasi dari Kemenag, Kabag bekerjasama dengan Luar Negeri Thobib Al-Asyhar, dan Kasi pada Subdit Kemitraan, Direktorat Penais Udin Saepudin.
Di sisi yang lain, Riadh Essid, Ketua delegasi Tunisia Konsbil I, menyebutkan bahwa, soal radikalisme, setidaknya ada empat cara yang dilakukan Pemerintah Tunisia, yakni melalui pendidikan kepada warga, melakukan dialog dengan kelompok radikal, memaksimalkan peran ibu dalam mendidik generasi, dan mengontrol isi khutbah para khatib atau muballigh.
“Pendidikan adalah cara yang efektif untuk mendidik warga kami agar tidak mudah terpapar paham-paham radikal melalui brain washing. Pendidikan merupakan hal penting untuk melindungi masyarakat dari radikalisme,” ujarnya, di Tunis, dilansir laman Kemenag, Minggu (29/9/2019).
Selanjutnya, bagi Jenderal Urusan Amerika, Asia dan Oceania, Kemlu Tunisia itu menekankan pengendalian isi khutbah para khatib atau muballigh menjadi langkah strategis dalam menekan penyebaran paham-paham radikalisme.
“Kami mengontrol isi khutbah atau ceramah para khatib atau muballigh sebelum menyampaikan di ruang publik. Hal ini kami lakukan agar paham-paham agama yang bertentangan dengan konstitusi kami dapat ditangkal,” jelasnya.
Dari pihak Konsbil juga menyepakati beberapa isu penting, di antaranya kerja sama Perguruan Tinggi antara kedua negara, termasuk juga masalah keagamaan dalam bentuk promosi Islam Wasathiyah.
Bahkan, Pemerintah Tunisia akan memberikan beasiswa Indonesia sebanyak 60 orang yang kuliah di perguruan tinggi di Tunisia. Diharapkan Indonesia bisa melakukan hal sama dalam menjaga hubungan bilateral.