Imam Besar Mesir: Dahulukan Perdamaian adalah Prinsip dalam Islam

Imam Besar Mesir (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM, Kairo – Islam tidak membenarkan kekerasan dan pemaksaan dalam segala hal. Sebaliknya ciri khas dalam prinsip Islam adalah mendahulukan atau mengedepankan perdamaian.
Hal itu ditegaskan oleh Imam Besar Al-Azhar, Kairo, Sheikh Ahmed El-Tayyeb. Pada kesempatan Konferensi Internasional ke-31 Dewan Tertinggi untuk Urusan Islam, pada 13 Maret 2021 lalu.
Ia menjelaskan Islam menetapkan perdamaian sebagai prinsip utama bagi umat Islam dalam berurusan dengan orang lain. Selain itu dirinya juga mendorong adanya dialog antar individu sebagai persyaratan yang dituntut oleh keragaman dan perbedaan.
“Tak hanya itu, dialog antara individu yang berbeda harus berdasarkan beragam hal yang telah mereka sepakati,” ungkap El-Tayyeb dilansir dari Ahram Online, Senin (15/3/201).
Ia menjelaskan dalam Islam mengajak orang lain ke jalan Allah hanya bisa dilakukan melalui kebijaksanaan, instruksi yang baik dan dialog yang tenang serta tidak menyakiti orang lain.
“Bahkan menyinggung pribadi atau keyakinan mereka sangat dilarang,” ujar El-Tayyeb.
Islam disebut menolak setiap undangan untuk sebuah keyakinan dengan kekuatan senjata, paksaan, atau eksploitasi kemiskinan, bahkan penyakit orang. Alquran sendiri telah menyatakan ‘tidak ada paksaan dalam agama’.
Imam besar Al-Azhar menjelaskan kata “damai” dan turunannya telah disebutkan dalam Alquran sebanyak 140 kali. Di sisi lain, kata “perang” dan turunannya hanya disebutkan enam kali.
“Perdamaian telah dibangun dalam Islam sebagai prinsip utama umat Islam dalam menghadapi dunia,” jelasnya.
Jika kita mendengar atau membaca suatu agama telah melisensikan pertumpahan darah, lanjut dia, maka kita harus tahu. Ini adalah tipuan dalam menggambarkan kebenaran tentang agama tersebut.
Sebagai informasi, pernyataan resmi El-Tayyeb ini diwakili oleh Wakil Syekh Al-Azhar yakni Mohamed El-Doweiny dalam sambutannya selama konferensi yang diselenggarakan di Kairo pada 13-14 Maret. Di mana tema konferensi kali ini bertajuk “Dialog Antaragama dan Antarbudaya”.