Imam Besar Masjid New York: Ancaman Agama Adalah Radikalisme
Imam Besar Masjid New York Jelaskan Bahwa Ancaman Agama Adalah Radikalisme. Menurutnya Radikalisme Adalah Musuh Bersama
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Pendiri Pesantren Nur Inka Nusantara Madani Amerika Serikat, Imam Shamsi Ali menegaskan bahwa ancaman agama itu adalah komunisme, liberalisme, hedonisme dan kapitalisme. Ancaman agama itu adalah juga radikalisme dan ekstremisme. Dan semua yang menjadi antitesis dari nilai-nilainya.
Hal itu diungkapkan Imam Besar Masjid New York itu untuk merespon pernyataan kontroversial yang ramai menjadi perbincangan publik di Tanah Air belum ini yaitu tentang Agama yang disebut sebagai musuh Pancasila. Menurut Shamsi Ali, pandangan tersebut adalah pandangan yang berlebih-lebihan yang dalam konteks agama biasanya disebut “tathorruf”.
“Tathorruf sesungguhnya lebih dikenal atau populer dalam bahasa modern, bahkan telah menjadi bahasa harian, dengan istilah ‘extreme’ atau ‘adikal’. Lawan dari kata ‘extreme’ adalah mederasi. Sebuah sikap yang selalu menjaga keseimbangan. Tidak ingin terbawa arus berlebihan dalam apa saja. Mungkin dalam bahasa jalanannya “biasa-biasa saja”.
Ia mengaku terkejut melihat beberapa fenomena terakhir bahwa ada kalangan yang memperlihatkan sikap berlebihan itu. Bahkan dalam menyikapi kehidupan kebangsaan atau hidup bernegara. Salah satunya ada pihak berlebihan memandang atau menempatkan Pancasila sebagai ‘falsafah’ negara. “Berlebihan dalam menempatkan Pancasila justru akan membawa ketidak imbangan dalam pemahaman dan sikap. Terjadilah paradoks nyata itu,” ujarnya.
Satu bentuk paradoks nyata itu, kata dia, adalah ketika Pancasila ditabrakkan dengan agama. Selain paradoks, sesungguhnya sikap seperti itu juga boleh jadi “kebodohan” dan “pembodohan” nyata tentang Pancasila itu sendiri.
“Semua orang tahu, bahkan anak kecil di sekolah-sekolah dasar, bahwa Pancasila merupakan falsafah negara yang secara esensi diambil dari agama. Semua pasal-pasal Pancasila senyawa dengan esensi agama. Dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, hingga ke keadilan sosial, semuanya adalah esensi agama,” jelasnya.
Lalu dari mana asal usul ketika secara tiba-tiba ada cara pandang yang mengatakan bahwa ancaman terbesar dari Pancasila adalah agama? Logikanya, lanjutnya, karena esensi Pancasila adalah agama maka semua yang menjadi ancaman agama juga sekaligus menjadi ancaman Pancasila. Bukan sebaliknya.
“Ancaman agama itu adalah komunisme, liberalisme, hedonisme dan kapitalisme. Ancaman agama itu adalah juga radikalisme dan ekstremisme. Dan semua yang menjadi antithesis dari nilai-nilainya,” tegas Diaspora Indonesia di kota New York itu.
“Sesungguhnya demikian pula dengan Pancasila. Justru ancaman terbesar Pancasila adalah komunisme, liberalisme, hedonisme dan kapitalisme. Tentu juga extremism dan radikalisme, termasuk radikalisme dalam memandang pancasila itu sendiri,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, radikalisme dalam memandang Pancasila itulah kemudian melahirkan sikap yang justru paradoks dengan pancasila. Hal kecil yang mulai terdengar adalah ketika “salam agama” (assalamu alaikum) ingin diganti dengan “salam Pancasila”.
“Saya justru yakin para foundling fathers yang merumuskan Pancasila itu akan marah dengan sikap radikal ini. Karena saya yakin mereka akan mengatakan Pancasila tidak diciptakan untuk menyaingi agama, apalagi menggantinya. Justru Pancasila hadir untuk mengingatkan bangsa ini bahwa agama adalah “nyawa” kebangsaan itu sendiri,” katanya yang saat ini sedang keliling Eropa untuk kampanye damai dan moderasi itu. (AS/Hidayatuna.com)