Ilmuwan Muslim Abad 13 Penemu Metode Meluruskan Arah Kiblat
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Menentukan arah kiblat sesuai presisi yang tepat merupakan hal penting bagi umat Islam. Untuk itu meluruskan arah kiblat merupakan hal yang vital.
Sebelum perkembangan ilmu sains yang pesat sekarang ini dalam memudahkan mencari arah kilblat, jauh sebelum itu para ilmuwan muslim telah melahirkan metode jenius dalam mendapatkan arah kiblay yang presisi. Dalam catatan sejarah ada dua ilmuwan muslim yang berhasil melahirkan metode tersebut.
Di mana kedua ilmuwan itu merupakan ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-13 M. Siapa mereka? Mereka adalah Al Jaghmini dan Al Tusi.
Dua ahli astromi Muslim ini berhasil merumuskan metode meluruskan arah kiblat secara sempurna. Pertama, Al Jaghmini, ia memiliki nama lengkap Mahmud Bin Muhammad Bin Umar Al Jaghmini (wafat 1221) dari Jaghmin, Uzbekistan.
Dilansir dari Detikinet, tidak terlalu banyak catatan kisah hidup dari sosok Al Jaghmini ini. Namun dia menulis buku Al Mulakhkhas fi Al Hay’a (Compendium of Astronomy). Dia mengatakan meluruskan arah Kiblat bisa dilakukan ketika matahari ada di atas Kakbah pada posisi 7,21º Gemini dan 22,39º Cancer.
Al Tusi
Sementara ilmuwan muslim kedua yang berhasil membuat metode meluruskan arah kiblat adalah Al Tusi. Ia memiliki nama lengkap Nasiruddin Abu Ja’far Muhammad Bin Muhammad Al Tusi (1201-1274) dari Persia (Iran). Dia menulis buku Al Tadhkira Al Nasiriyya Fi Ilm Al Hay’a (Memoir on Science of Astronomy).
Al Tusi adalah ahli astronomi, logika, matematika, biologi, kimia dan filsafat serta menulis 150 buku sepanjang hidupnya. Dia juga disebut sebagai pelopor rumus Trigonometri.
Sementara di bidang astronomi, salah satu prestasinya adalah membuat tabel pergerakan planet dan tentu saja menemukan motede untuk meluruskan arah Kiblat.
Dia mengatakan ada cara sederhana untuk meluruskan arah Kiblat yaitu ketika Matahari berada di titik zenith Makkah, pada 8º Gemini dan 23º Cancer. Perlu diketahui, karena sumbu rotasi Bumi miring 66,6º terhadap orbit Bumi, maka terjadi pergerakan semu tahunan Matahari dan lewat tepat di atas Kakbah dua kali setahun.
Pada saat itu, Al Tusi tidak menyebutkan tanggal Hijriah ataupun tanggal Masehi untuk menyebutkan kapan Matahari ada di atas Kakbah. Yang dia — dan juga Al Jaghmini — sebutkan adalah posisi lintang Matahari.
Hal ini dikarenakan pada abad ke-13 itu, konversi kalender Masehi dan Hijriyah belum umum dilakukan seperti di masa modern sekarang ini. Bangsa Eropa memakai kalender Masehi (Gregorian) sementara di Timur Tengah memakai kalender Hijriah (Islam).