Ilmuan Pionir Bidang Kimia Bukan Paracelsus Melainkan Ar-Razi
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Selama ini ilmuan Barat mengklaim bahwa pionir atau orang pertama dalam bidang sains, khususnya mengenai penggunaan zat kimia dan mineral disematkan kepada Paracelsus. Seorang pakar kimia asal Swiss.
Tapi tahukah bahwa jika klaim itu tidak benar. Pasalnya, sebelum Paracelsus, terdapat ilmuan Islam yang lebih dulu meneliti dan memanfaatkan zat kimia dan mineral ini.
Ia adalah Zakariya ar-Razi. Seorang ilmuan bidang sains yang cemerlang berasal dari Persia. Hal ini diungkapkan Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU, Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar Butar dalam sebuah kolomnya.
“Paracelsus, ahli kimia asal Swiss, diklaim sebagai pionir penggunaan zat kimia dan mineral dalam kedokteran. Dia sering pula dianggap sebagai bapak toksikologi,” ungkap Dr Arwin dilansir Hidayatuna.com, Rabu (21/10/2020).
“Faktanya, ahli kimia asal Persia bernama Zakariya ar-Razi telah memiliki konsep tentang hal itu. Ar-Razi menyatakan bahwa karakteristik belerang, garam dan merkuri ditemukan di hampir semua hal,” jelasnya.
Sebagai informassi sebagaimana dilansir dari Wikipedia, sosok ar-Razi memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi. Dalam khazanah dunia Barat, namanya dikenal dengan sebutan Rhazes.
Ia adalah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864-930 M. Sejak muda, dirinya telah mempelajari banyak hal. Mulai dari filsafat, kimia, matematika dan kesusasteraan.
Sebagai ilmuan yang juga berprofesi dokter di Baghdad, ar-Razi pernah mencatatkan sebagai orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar. Ar-Razi adalah satu diantara banyak ilmuan Islam dalam bidang sains dan kedokteran yang mencatatkan sejumlah temuan gemilang.