Iklima, Putri Pertama Nabi Adam dan Hawa yang Memesona

 Iklima, Putri Pertama Nabi Adam dan Hawa yang Memesona

Teladan Welas Asih Putri Nabi Muhammad, Siti Fatimah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Nabi Adam dan Siti Hawa dikarunia sepasang putra-puteri kembar, yakni Habil dengan Iklima. Kemudian di kehamilan berikutnya lahir pula Qabil dan Ludza.

Ludza adalah putri Adam yang paling cantik dan dikhawatirkan sang ayah akan mengundang fitnah. Namun, ia tak secantik Iklima. Suatu ketika, Nabi Adam berkata kepada kedua putranya, “Aku ingin menikahkanmu, Habil, dengan Ludza. Dan akan menikahkanmu, Qabil dengan Iqlima.”

Namun, Qabil menolak, “Aku tidak rela dinikahkan dengan saudara perempuan Habil yang jelek itu. Aku ingin menikah dengan sau dariku sendiri yang cantik Ludza.”

Kemudian, Adam berkata, “Jika begitu, aku akan mengundinya di antara kalian berdua.” (Lihat Ni’matullah al-Jazairi, Qas hash al-Anbiya, hal. 74; Ibnu Katsir, Qashash al-Anbiya’, hal. 53; Sayyid Quthub, Qashash Alquran min Zhilal Alquran, 1/20). 

Kemudian, Allah SWT. menurunkan wahyu kepada Nabi Adam As untuk menikahkan keduanya secara silang dengan saudara perempuan mereka. Oleh karena saudara kembar Qabil lebih cantik daripada saudara kembar Habil, Qabil pun mulai iri dan kesal kepada Habil.

Perintah Berkurban Habil dan Qabil

Akhirnya, Sang Ayah menyampaikan kepada keduanya, “Lakukanlah kurban oleh kalian. Siapa di antara kalian yang diterima kurbannya, maka dia berhak menikah dengan Iklima. Setelah keduanya berkurban, ternyata Allah menerima kurban Habil.”

Namun, sewaktu Habil bermaksud akan menikahi Iklima, yang tak lain adalah saudara kembar Qabil, kemarahan Qabil pun semakin memuncak. Kekesalan dan kedengkiannya kepada saudaranya kian membuncah. Qabil bahkan mengancam saudaranya, “Akan kubunuh kau!” 

Walau alasan Habil untuk menikah dengan Iklima lebih kuat, namun Habil berusaha memaafkan dan mengajak damai saudaranya. la menjawab, sebagaimana yang terekam dalam ayat Alquran:

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.” (Ali Imran [3]: 28-29). 

Pada saat itu, terjadilah kejahatan pertama yang dikenal oleh masyarakat manusia. Kejahatan itu dilakukan oleh manusia generasi pertama hanya karena mengumbar nafsu. 

Kisah ini terjadi di kota Makkah, tempat Adam dan Hawa tinggal. Ada pula yang berpendapat, kisah ini berlangsung di al-Magharah, yang dikenal se karang dengan nama Magharah al-Dam. la gunung Qasiun yang berada di kota Damaskus. (Lihat Mukhtar Fauzi al-Na’al. Nisa Asyara llaihinna al-Quran walam Yusammihinna, hal. 17-18). 

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *