Ibn Al-Shatir Ilmuwan Muslim Pertama Penemu Jam Matahari

Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi: Sang Matematikawan dan Ahli Astronomi Islam (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Ibn Al-Shatir merupakan astronom muslim yang lahir di Damaskus, Syria (1304–1375). Selain dikenal sebagai astronom, ia juga dikenal sebagai matematikawan, dan insinyur.
Ia bekerja sebagai ‘Muwaqqit’ (pencatat waktu keagamaan) di Masjid Umayyah di Damaskus dan membangun jam matahari untuk menaranya kisaran tahun 1371an.
Dilansir dari Islamic Scientific melalui akun Twitternya, Selasa (17/05), Ibn Al-Shatir mampu secara drastis mereformasi model planet Ptolemeus.
Modelnya menggabungkan lemma Urdi, dan menghilangkan kebutuhan akan equant dengan memperkenalkan epicycle tambahan (pasangan Tusi). Berangkat dari sistem Ptolemaik dengan cara yang secara matematis, hal ini identik dengan apa yang dilakukan Nicolaus Copernicus.
Ia berhasil dalam penemuannya pada abad ke-16. Berdasarkan pengamatan bahwa jarak ke Bulan tidak berubah secara drastis seperti yang disyaratkan oleh model bulan Ptolemy. Ibn al-Shatir menghasilkan model bulan akurat pertama yang cocok dengan pengamatan fisik.
Penemuannya di bidang teknik juga terdapat di bukunya David A King bertajuk The Astronomy of the Mamluks menjelaskan bahwa Ibnu al-Shatir menemukan jam astrolabe pertama di awal abad ke-14 M.
Selain itu, menurut catatan sejarah, sundial atau jam matahari merupakan jam tertua dalam peradaban manusia. Jam ini telah dikenal sejak tahun 3500 SM.
Pembuatan jam matahari di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu al-Shatir, seorang ahli Astronomi Muslim (1304-1375 M).
“Ibnu al-Shatir merakit jam matahari yang bagus sekali untuk menara Masjid Umayyah di Damaskus,” ujar David A King dalam karyanya berjudul The Astronomy of the Mamluks.