Ibadah Haji, Ziarah Terbesar di Dunia yang Merangkul Perbedaan
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Ibadah haji sebagai tradisi ziarah terbesar di dunia, mengandung makna spiritualitas yang kaya dan mendalam. Demikian disampaikan Guru Besar Filsafat Universitas Islam Negeri, Prof. Dr. Amin Abdullah dalam Webinar internasional.
Lewat ibadah haji, seseorang tidak hanya semakin memahami hakikat ibadah atau ritual dalam kehidupannya sehari-hari. Akan tetapi seharusnya bisa semakin bersikap terbuka terhadap segala jenis perbedaan, inklusif, dan rendah hati.
“Hikmah spiritualitas dari perjalanan ibadah haji adalah transformation of life. Mengubah cara pandang terhadap dunia, lebih terbuka, merangkul, dan ramah terhadap segala jenis perbedaan,” kata Prof Amin.
Prof Amin membahas praktik, makna, dan tujuan ibadah haji berdasarkan pengalaman pribadinya, serta analisis keagamaan dan antropologi. Mantan rektor UIN Sunan Kalijaga itu telah melakukan 5 kali ibadah haji.
Empat di antaranya saat masih menjadi mahasiswa program doktor di Departement of Philosophy, Middle East Technical University, Ankara, Turki. Yaitu tahun 1984, 1986, 1988, dan 1990, lalu perjalanan ke-5 tahun 2002 atas undangan pemerintah Arab Saudi.
Ibadah dengan Jemaah Terbanyak dalam Ritual Agama
Ibadah haji di Arab Saudi adalah rukun Islam kelima yang penting. Mantan Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menjelaskan, ibadah ini tidak wajib kecuali bagi mereka yang “mampu” dalam arti sehat, mempunyai biaya, dan tersedia tempat di Mekah.
Ibadah haji telah dilakukan sebelum kerasulan Muhammad, kemudian diteruskan oleh Nabi Muhammad SAW. Selama hidupnya, Nabi Muhammad SAW hanya satu kali menjalankan ibadah haji, yaitu tahun ke-10 A.H. (Hijriah)/632 A.D (Masehi).
“Menunaikan ibadah haji adalah cita-cita umat Islam di seluruh dunia. Mereka rela antre sampai 30 tahun, menabung bartahun-tahun untuk biaya ke tanah suci. Hal itu didorong pondasi teks Alquran dan contoh Nabi Muhammad saat menjalankan haji wada,” ujar Prof Amin yang saat ini menjabat ketua Komisi Kebudayaan di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
Prof Amin mengatakan tidak berlebihan jika ibadah haji menjadi ritual keagamaan paling fenomenal dalam dunia modern. Meskipun penganut agama lain memiliki ritual ziarah senada, jumlah umat yang berkumpul di satu tempat tidak sebanyak dalam ibadah haji.
Prof Amin menyebut ibadah haji seolah perjalanan menyongsong kematian. Prof Amin menjadi saksi sejarah tragedi tahun 1990 di terowongan Mina dimana 1.426 jemaah haji meninggal dunia akibat tabrakan arus jemaah yang berjalan kaki dari dan ke tempat pelontaran jumrah di Mina.
“Saya hampir terkena musibah tersebut. Alhamdulillah, dapat terhindar dari musibah setelah menerobos turun keluar dari jembatan menghindari berdesakannya lautan manusia,” ujarnya.
Haji sebagai Tradisi Universal
Prof Amin mengatakan ibadah haji pada dasarnya bagian dari tradisi perjalanan spiritual yang universal. Dia mengingat perjalanannya ke kompleks peribadatan dan pendidikan agama Budha di daerah perbukitan di luar kota Chiang Mai, Thailand. Pun saat mengunjungi makam Santo Paulus di Roma, Italia.
Di dua tempat itu, dia bisa merasakan suasana khusyuk dan khidmat dari para peziarah lain. Seperti yang dia rasakan saat mengunjungi makam Nabi Muhammad SWT. di Madinah atau tempat ziarah lain di Mekah.
“Rasa khusyuk dan khidmat saya rasakan tanpa sama sekali mengubah akidah dan keyakinan saya sebagai seorang Muslim yang taat,” kata Prof Amin.
Menurutnya, pemaknaan yang tepat akan ritual ibadah haji seharusnya membawa seseorang kepada toleransi beragama. Semua tradisi ziarah pada dasarnya berimplikasi kepada pembangunan kemanusiaan yaitu solidaritas dan saling menolong sebagai sesama makhluk Tuhan.
“Apa yang diharapkan dari ibadah haji? Harapan utama adalah haji mabrur. Haji yang dapat membawa perubahan yang baik dalam kehidupan,” kata Prof Amin.
Webinar internasional bertajuk “The Road to Mecca” (Perjalanan ke Mekah) ini diadakan oleh Institut Leimena dan galeri seni kontemporer di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), Bridge Projects. Webinar ini adalah bagian dari pameran bersama “We Are All Guest Here” yang mengangkat tema ziarah dari berbagai perspektif agama. (chr/rel)