Ibadah Berjamaah di Tengah Corona, Kebiasaan yang Sulit Untuk Ditinggalkan

 Ibadah Berjamaah di Tengah Corona, Kebiasaan yang Sulit Untuk Ditinggalkan

HIDAYATUNA.COM – Di tengah pandemi virus corona, beberapa situs keagamaan terbesar dan paling bersejarah di dunia telah menutup pintu mereka untuk pertama kalinya.

Di Eropa, Vatikan sudah dalam status tertutup, sementara masjid, gereja, kuil, sinagoge, maupun kuil Sikh (gurdwaras) di Inggris telah mulai menutup tempatnya untuk mengikuti jejak dari daratan Eropa lainnya dalam pemberlakuan lockdown yang lebih ketat.

Ribuan peziarah dari umat Hindu yang biasanya melakukan ritual harian dan mengunjungi kuil-kuil di kota suci Benares, di India, telah terkena dampak oleh jam malam yang telah diberlakukan secara nasional baru-baru ini, seperti juga komunitas Muslim, Jain, Sikh, dan komunitas Buddhis di negara itu.

Tempat-tempat peribadatan di Filipina, Thailand, dan Malaysia, juga tetap dalam status tertutup, dimana adanya lonjakan dari kasus virus corona yang terjadi di negara-negara itu telah dikaitkan dengan sebuah Tabligh Akbar yang diadakan di Malaysia baru-baru ini.

Di tengah wabah virus corona, seluruh daratan Afrika, pertemuan keagamaan telah dilarang dan tempat-tempat peribadatan telah ditutup, termasuk di Nigeria dan Afrika Selatan, dengan saat ini benua itu mulai bersiap diri untuk munculnya lebih banyak lagi kasus virus corona.

Gambaran yang serupa juga telah terjadi di Amerika Selatan, dengan Kolombia mulai menerapkan upaya karantina terhadap pasien virus corona, dan juga beberapa pemimpin agama lokal di Meksiko mulai menutup gereja-gereja Katolik, dan untuk sementara waktu meniadakan kegiatan Misa publik.

Di Timur Tengah, Masjid Al-Aqsa di Yerusalem telah ditutup bersamaan dengan masjid-masjid yang berada di Mesir dan Yordania, sementara di Suriah, shalat Jumat telah ditiadakan, dan pintu dari Masjid Agung Umayyah, salah satu masjid tertua di dunia yang terletak di Damaskus, juga telah ditutup.

Saat ini, masjid-masjid di wilayah negara Teluk sudah tidak dibuka lagi untuk jamaahnya, dan Arab Saudi pun telah menangguhkan kegiatan peribadatan di masjid-masjid di negaranya, dan juga melarang siapapun yang ingin masuk ke situs suci Mekah dan Madinah.

Ziarah haji tahunan, yang biasanya dapat mendatangkan jutaan umat Muslim ke situs-situs suci Islam di Saudi, dan telah ditetapkan untuk diadakan pada bulan Juli, juga terancam untuk dibatalkan.

Namun meski upaya-upaya itu telah dilakukan sedemikian rupa, sepertinya konsensus tentang penutupan dari tempat-tempat peribadatan ini masih belum ditetapkan secara global.

Di tengah wabah corona di Indonesia, beberapa masjid juga dilaporkan telah mengabaikan seruan dari pemerintah untuk pembatalan kegiatan shalat Jumat. Dan ada juga respon yang lebih lambat di beberapa bagian negara di Afrika, termasuk Burkina Faso, dimana sejauh ini hanya sejumlah kecil kasus yang telah dilaporkan.

Di Brasil, gereja-gereja evangelis dan Katolik tetap dibuka, dengan salah satu pendeta gereja di Rio de Janeiro telah memperoleh surat perintah dari pengadilan untuk tetap menjaga gerejanya agar tetap terbuka, meskipun adanya seruan untuk setiap kegiatan perkumpulan tidak diadakan dalam jumlah orang yang terlalu banyak.

Sejumlah aksi protes kecil juga telah dilaporkan terjadi di Iran dan Senegal terhadap pemberlakuan upaya-upaya penutupan dan penangguhan tersebut.

Syed Soharwardy, seorang imam di Masjid Kubah Hijau di Calgary, Kanada barat, dan ketua dari Dewan Tertinggi Islam Kanada, menginginkan untuk menjaga masjidnya tetap terbuka untuk para jamaahnya selama periode ini. Dia pun telah menerapkan serangkaian perubahan di masjidnya untuk memperkuat keinginannya tersebut.

Termasuk dengan meletakkan sanitiser di setiap pintu masuk, menawarkan sajadah sekali pakai, dan meminta agar para wanita, anak-anak dan orang tua untuk beribadah di rumah masing-masing. Dia juga telah mengurangi durasi dari sholat dan doa bersama di masjidnya.

“Jika orang yang sehat masih bisa pergi ke toko kelontong ataupun pom bensin, (harusnya) mereka juga bisa datang untuk beribadah. Beribadah secara berjamaah memberikan kita sebuah koneksi, harapan, dan interaksi sesama manusia, dimana kita dapat berbicara antara satu sama lain selama masa-masa sulit (ini),” katanya kepada Al Jazeera.

“Ini adalah ancaman yang nyata, dan kami telah pergi melampaui apa yang diharuskan oleh para ahli kesehatan. Dan meskipun kami percaya pada kekuatan obat-obatan dan kekuatan para ahli kesehatan kami, kami juga percaya pada kekuatan manusia dan spiritualitas,” tambahnya. (Aljazeera.com)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *