Hukum Niat Puasa Dzulhijjah Digabung Bayar Hutang Puasa Ramadan
HIDAYATUNA.COM – Bolehkah puasa Dzulhijjah digabung dengan bayar hutang puasa Ramadan? Pertanyaan ini barangkali mewakili pembaca di luar sana yang masih bingung dengan hukum niat menggabungkan kedua puasa tersebut.
Puasa Dzulhijjah sendiri merupakan puasa sunah yang dilakukan menjelang perayaan hari raya Idul Adha. Sedangkan puasa Ramadan hukumnya wajib setahun satu kali menjelang bulan Syawal atau Idul Fitri.
Puasa Dzulhijjah terdiri dari puasa ‘Asyuro dan puasa Arafah, Syekh Zakaria al-Anshari menjelaskan mengenai hukum menjalankan ibadah tersebut dengan membayar hutang Ramadan. Dikutip dari Bincangsyariah, Syekh Zakaria mengatakan seseorang tetap mendapat pahala kedua puasa tersebut, jika seseorang melakukan puasa ‘Asyuro dan diniati puasa lain seperti bayar hutang Ramadan tanpa meniatkan puasa Asyura’.
Sebab, lebih lanjur Syekh Zakaria menjelaskan karena yang dikehendaki dari puasa tersebut adalah adanya puasa meskipun diniatkan membayar hutang Ramadan. Sebagaimana dilansir Bincangsyariah dalam kitab Fathul Wahhab, juz 1, halaman 206:
(وتعيينه) أي الفرض قال في المجموع، وينبغي اشتراط التعيين في الصوم الراتب كعرفة وعاشوراء وأيام البيض وستة من شوال كرواتب الصلاة وأجيب بأن الصوم في الايام المذكورة منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت أيضا كتحية المسجد، لان المقصود وجوب صوم فيها
Artinya : “(Dan menentukan fardu) Imam Nawawi berkata dalam kitab Majmuk, seharusnya dalam puasa ratib disyaratkan adanya ta’yin, seperti puasa Asyura, hari hari terang, enam hari bulan syawal sebagaimana shalat rawatib.
Namun pendapat ini dibantah dengan melihat bahwa puasa ‘Asyura tersebut dipalingkan. Misalnya seseorang berniat puasa lainnya, maka masih mendapatkan pahala puasa karena tujuannya adalah adanya puasa di hari itu.
Oleh karena itu, jika seseorang melaksanakan puasa Dzulhijjah dengan menggabung niat qadha puasa Ramadan, hukumnya adalah boleh. Kedua puasa itu tetap akan mendapatkan pahala lengkap.