Hukum Menulis Menggunakan Pena dari Emas
Bagaimana hukumnya memakai pen emas? Haramkah atau tidak?
Jawaban:
Hukum memakai pen emas adalah haram! Karena termasuk larangan memakai bejana dari emas, seperti tempat celak (mirwad), demikian ini menurut madzhab Syafi’I, tetapi dalam madzhab Hanafi, terdapat pendapat yang memperbolehkannya, oleh karenanya, para pemakai supaya terhindar dari hukum haram.
Sebagaimana diterangkan dalam kitab Fath al-Qarib dan Hasyiyah al-Bajuri
(وَلَا يَجُوْزُ) فِي غَيْرِ ضَرُوْرَةٍ لرِجَلُ ٍوِامْرَأَةٍ (اِسْتِعْمَالُ) شَيْءٍ مِنْ (أَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ) وَعِنْدَ حَنَفِيَّةٍ قَوْلٌ بِجَوَازِ ظُرُوْفِ الْقَهْوَةِ. وَإِنْ كَانَ الْمُعْتَمَدُ عِنْدَهُمُ الْحُرْمَةِ. فَيَنْبَغِي لِمَن ابْتُلِيَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ كَمَا يَقَعُ كَثِيْرًا تَقْلِيْدُ مَا تَقَدَّمَ لِيَتَخَلَّصَ مِنَ الْحُرْمَةِ. (قَوْلُهُ فيِ غَيْرِ ضَرُوْرَةٍ) فَإِنْ دَعَتْ إِلَى اسْتِعْمَالِ ذَلِكَ كَمِرْوَدٍ بِكَسْرِ الْمِيْمِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ يَكْتَحِلُ بِهِ لِجَلَاءِ عَيْنِهِ كَأَنْ أَخْبَرَهُ طَبِيْبٌ عَدْلَ رِوَايَةٍ بِأَنَّ عَيْنَهُ لَا تَنْجَلِى جَازَ اسْتِعْمَالُهُ
Dan tidak diperbolehkan di luar keadaan darurat bagi laki-laki dan perempuan memakai bejana dari emas dan perak. Di kalangan madzhab Hanafi terdapat pendapat yang memperbolehkan penggunaan tempat kopi (yang terbuat dari emas dan perak), walaupun pendapat yang lebih banyak dijadikan pedoman (mu’tamad) di kalangan mereka adalah haram.
Maka bagi mereka yang diuji harus mempergunakan bejana dari emas dan perak tersebut sebagaimana banyak yang terjadi, maka sebaiknya ia harus mengikuti (pendapat madzhab Hanafi) agar terhindar dari haram.
(Maksud tanpa dharurat), jika menggunakan bejana emas dan perak seperti mirwad itu suatu keharusan (dharurat) sebagai alat bercelak, agar mata menjadi terang menurut keterangan dokter yang ‘adl riwayah (adil dalam periwayatan), maka boleh menggunakannya.
Seumber:
- Ibn Qasim al-Ghazzi, Fath al-Qarib dan Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri, (Singapura: Sulaiman Mar’i, t.th.), Jilid I, h. 40
- Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama Ke-1 Di Surabaya Pada Tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H./21 Oktober 1926 M