Hukum Membaca Shalawat atau Taradhdhi dengan Suara Keras
Bagaimana Hukum Membaca Shalawat atau Taradhdhi dengan Suara Keras. Berikut Ini Ulasan Sekaligus Penjelasannya.
Apakah hukumnya menyerukan “taradhdhi” (membaca radhiyallahu ‘anhu) atau membaca “shalawat” dengan suara keras sewaktu khotib menyebutkan nama-nama sahabat atau nama Rasulullah Saw.?
Jawaban:
Membaca “shalawat” sewaktu khotib menyebutkan nama Rasulullah Saw. dengan suara keras itu hukumnya sunat asalkan tidak keterlaluan, demikian pula membaca “taradhdhi” asalkan tidak terlalu keras. Apabila keterlaluan membaca “shalawat”, hukumnya makruh (asalkan tidak menimbulkan tasywisy). Dan apabila sampai menimbulkan tasywisy, hukumnya haram.
Sebagaimana diterangkan dalam I’anatut-Thalibin berikut:
وَيَسُنُّ تشميط العاطس وَالرَّدُّ عَلَيه وَرَفْعُ الصَّوْتِ مِنْ غَيْرَ مُبَالَغَةٍ بِالصَّلاَةِ وَالسُّلَّمُ عَلَيه صَلَّى اللهُ عَلَيه وَسَلَّمُ عِنْدَ ذَكَرَ الْخَطِيبُ اِسْمَهُ وَوَصْفَهُ صَلَّى اللهُ عَلِيَّةٌ وَسُلَّمً .( قَوَّلَهُ وَرَفْعُ الصَّوْتِ ) أَيْ يُسَنُّ رَفْعُ الصَّوْتِ حالُ الْخُطْبَةِ .( قَوْلُهُ مِنْ غَيْرَ مُبَالَغَةٍ أَمَّا مَعَهَا فَيَكْرَهُ ). وَلَا يَبْعُدُ نَدَبُ التَّرَضَّى عَنِ الصَّحَابَةِ بَلَا رَفَعَ صَوْتٌ أَيٌّ تَرْضَى السَّامِعِينَ عَنْهُمْ عِنْدَ ذَكَرَ الْخَطِيبُ أَسَمَاءَهُمْ . أَمَّا مَعَ رَفْعِ الصَّوْتِ فَلَا يُنْدَبُ لِأَنَّ فِيه تَشْوِيشًا
Disunatkan mendoakan dan menjawab orang yang bersin. Begitu pula pada saat khotib menyebut nama dan mensifati Rasulullah Saw. disunatkan membaca shalawat dan salam bagi beliau dengan suara keras asalkan tidak keterlaluan. Yang dimaksud “dengan suara keras” di sini adalah pada saat khotbah berlangsung. Sedang yang dimaksud “asalkan tidak keterlaluan” berarti apabila keterlaluan saat membacanya (shalawat dan salam), hukumnya menjadi makruh.
Demikian pula disunatkan membaca “taradhdhi” (radhiyalllahu ‘anhu) bagi para pendengar untuk para sahabat Nabi asalkan tidak keras pada saat nama mereka disebut oleh khotib. Namun jika dibaca dengan keras tidak lagi disunahkan, karena itu mengganggu orang lain (tasywisy).
Seumber:
- al-Bakri Muhammad Syatha al-Dimyathi, I’anah al-Thalibin (Singapura: Maktabah Sulaiman Mar’i, t.th), Jilid II
- Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama Ke-1 Di Surabaya Pada Tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H./21 Oktober 1926 M