Hukum Jual Beli Dengan Perjanjian Atau “Sende”

 Hukum Jual Beli Dengan Perjanjian Atau “Sende”

Jual beli sistem kredit (Ilustrasi/Hidayatuna)

Pertanyaan:

Bagaimana pendapat Muktamar tentang jual beli “sende” yaitu: menjual barang dengan perjanjian sebelum akad, bawa barang tersebut akan dibeli lagi dengan harga tertentu, sahkah atau tidak jual beli semacam ini? Dan wajibkah pembeli menepati janji?

Jawaban:

Jual beli tersebut hukumnya sah. Asal perjanjian tersebut tidak dalam akad atau tidak di dalam majelis khiyar, dan bagi pembeli wajib menepati janji dan jual beli tersebut namanya “bai’ul uhdah” (jual beli dengan janji).
Dijelsakan dalam kitab Tarsyih al-Mustafidin sebagai berikut

(تَنْبِيْهٌ) اِعْلَمْ أَنَّ بَيْعَ الْعُهءدَةِ الشَّهِيْرِ بِحَضَرَ مَوْتَ الْمَعْرُوْفُ فيِ مَكَّةَ الْمُكَرَّمَةِ بِبَيْعِ النَّاسِ وَبَيْعِ عُدَّةٍ وَأَمَانَةٍ صَحِيْحٌ إِذَا جَرَى مِنْ مُطْلَقِ التَّصَرُّفِ فِي مَالِهِ وَلَمْ يُذْكَرُ الْوُعْدُ فِيْهِ فِي نَفْسِ الْعَقْدِ وَلَا ِذْكَر بَعْدِهِ فِي زَمَنِ الْخِيَارِ، وَصُوْرَتُهُ كَمَا فِي فَتَاوَي ابْنِ حَجَرٍ أَنْ يَتَّفِقَا عَلَى بَيْعِ عَيْنٍ بِدُوْنِ قِيْمَتِهَا عَلَى أَنَّ الْبَائِعَ مَتَى جَاءَ باِلثَّمَنِ رَدَّ الْمُشْتَرِى عَلَى مَبِيْعِهِ وَأَخَذَ ثَمَنَهُ ثُمَّ يَعْقِدَانِ عَلَى ذَلِكَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَشْتَرِطَاهُ فِي صُلْبِ الْعَقْدِ إِلَى أَنْ قَالَ وَإِنْ وَقَعَ خَارِجَ الْعَقْدِ لَزِمَ الْمُشْتَرِى مَا الْتَزَمَهُ وَوَعَدَ بِهِ وَيَجِبُ عَلَيْهِ عِنْدَ دَفْعِ الْبَائِعِ الثَّمَنَ فِي وَقْتِ الْمَشْرُوْطِ إِيْقَاعُ الْفَسْخِ وَقَبْضُ الثَّمَنِ

Ketahuilah! Bahwa jual beli bertempo yang terkenal di Hadramaut dan populer di Makkah dengan sebutan bai’ al-nas, bai’ uddah wa amanah adalah saj jika berlangsung dari muthlaq al-tasharruf (orang yang boleh membelanjakan hartanya secara mutlak) dan perjanjian tersebut tidak disebutkan dalam akad setelahnya, yakni dalam masa khiyar.

Bentuknya sebagaimana yang diterangkan dalam kutab Fatawa Ibnu Hajar, kedua belah pihak (penjual dan pembeli) sepakat untuk menjual sesuatu, dengan catatan jika si penjual kelak datang kembali dengan (membawa uang) senilai barang yang telah dijualnya, maka si pembeli harus mengembalikan barang tersebut dan mengambil kembali uang penjualan semua. Kemudian keduanya melakukan transaksi tanpa mensyaratkan (penjualan kembali barang yang sudah dijual tersebut kepada si penjual) pada waktu akad jika kesepakatan itu terjadi di luar akad, maka si pembeli harus menepati kesanggupan dan janjinya, dan ketika si penjual memberikan kepad si pembelinilai harga pada waktu yang disyaratkan, maka si pembeli harus membatalkan akad jual belinya dan menerima harga (uang dari si penjual).

Sumber:
• Alawi al-Saqqaf, Tarsyih al-Mustafidin ‘ala Fath al-Mu’in, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.)
• Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama Ke-1 Di Surabaya Pada Tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H./21 Oktober 1926 M

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *