Hitungan Berapa yang Tidak Bid’ah?

 Hitungan Berapa yang Tidak Bid’ah?

Begini Cara Menjawab Tuduhan Bidah

HIDAYATUNA.COM – Jika anda hendak membaca shalawat kemudian anda bertanya ke pendakwah wahabi apakah boleh membaca shalawat sebanyak 4444 kali setiap hari?
Maka kemungkinan besar anda akan disalahkan dengan alasan penentuan jumlah tersebut bid’ah. Silakan tanya lagi dengan menurunkan angkanya sedikit demi sedikit, apakah boleh kalau membacanya 4000x setiap hari? Bagaimana kalau 3000 kali, 2500 kali, 2222 kali, 1555 kali, 800 kali atau 444 kali? Kemungkinan jawabannya sama, bid’ah.
Karena semua angka dibid’ahkan, maka tanya lagi berapa angka yang tidak bid’ah? Apakah sekali saja membaca shalawat setiap hari dan tak boleh lebih?
Mereka pasti menjawab tentu boleh lebih dari sekali. Lalu anda tanya lagi, berapa jumlah yang boleh itu kalau memang boleh, apakah seratus, apakah dua ratus?
Kembali lagi ke pertanyaan seperti di atas, maka akan divonis bid’ah lagi. Hanya jawaban inilah yang tampaknya mereka tahu.
Di akhir, mungkin pendakwah wahabi itu akan bilang: pokoknya jangan menentukan jumlah bilangannya, terserah berapa pun.
Saat itu, anda tanya lagi, kalau terserah, kenapa tidak boleh membaca, 122 kali, 320 kali atau 4444 kali setiap hari? Mereka akan bingung menjawabnya.
Mungkin dia akan memaksakan diri menjawab, pokoknya tidak boleh menentukan bilangan, baca saja tak usah dihitung.
Anda ajukan pertanyaan lagi, mana dalilnya kalau membaca shalawat tak boleh dihitung?
Dia akan kebingungan lagi sebab menghitung jumlah wirid itu sunnah taqririyah, sesuatu yang diakui Rasulullah.
Bahkan juga termasuk sunnah qauliyah, sesuatu yang memang dianjurkan oleh Nabi Muhammad sendiri. (saya pernah menulis hadis-hadis terkait menentukan jumlah bilangan wirid, dibaca saja di sana. Judul artikelnya adalah Penentuan Khasiat Suatu Wirid dan Jumlah Bilangannya).
Dalam rasa malu, mungkin dia akan nekat menjawab, pokoknya jangan membaca di bilangan yang sama setiap hari.
Saat itu anda bertanya lagi, jadi tak boleh istikamah membaca shalawat dalam bilangan yang sama setiap hari?
Mana dalilnya bahwa istiqamah dalam bilangan tertentu itu tidak boleh? Di poin ini dia akan kebingungan menjawab sebab sampai kiamat pun dia takkan bisa menyebut dalilnya.
Begitulah orang-orang bodoh seringkali membuat aturan bid’ah dalam agama. Mereka memberi batasan berdasarkan hawa nafsu, bukan berdasarkan dalil.
Mereka melarang orang istikamah dalam bilangan tertentu padahal Nabi tidak pernah melarangnya, justru Nabi memerintahkan istiqamah.
Nabi membebaskan, mereka malah membatasi. Demikianlah karakter tukang bid’ah, suka ngarang aturan syariat seolah dirinya Nabi.
Lucunya, mereka yang membuat aturan bid’ah, mereka pula yang nyolot memvonis orang lain bid’ah.
Syariat Nabi Muhammad aturannya sudah jelas dan terang benderang. Ada hal yang diatur teknisnya sehingga menyalahi teknis tersebut adalah bid’ah.
Ada yang dibebaskan teknisnya sehingga membatasi kebebasan tersebut adalah bid’ah. Poin terakhir ini adalah bid’ah kegemaran para wahabi sehingga mereka selalu menyelisihi umat Ahlussunah wal Jamaah (aswaja) yang konsisten dalam syariat Rasulullah.

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *