Hikmah Tragedi Sepak Bola Kanjuruhan, Momentum Perdamaian Suporter
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Menyedihkan sekali ketika menonton Live Streaming: Tragedi Kanjuruhan #UsutsampaiTuntas yang diperlihatkan oleh Mata Najwa (6/10/22) kemarin.
Penulis selaku penonton yang sama sekali tidak kenal bahkan tidak tahu menahu tentang dunia sepak bola, turut prihatin, sedih, bahkan merasa kehilangan.
Rasanya ingin marah ketika melihat perlakuan aparat yang sangat tidak manusiawi kepada beberapa para penonton, seperti video yang tersebar di media sosial.
Di antara tragedi yang cukup mematikan kepada suporter sepak bola, tragedi di Kanjuruhan Malang merupakan peristiwa kelam sepanjang sejarah sepak bola Indonesia, bahkan dunia.
Pasalnya banyak sekali korban yang dalam pemberitaan tentang data, masih simpang siur. Ada yang menyebutkan korban sebanyak 127 orang.
Di beberapa media lain menyebutkan bahwa korban yang meninggal sampai 200 dan data sampai 400 jika dijumlah dengan korban yang luka berat dan ringan.
Atas dasar peristiwa ini, suporter di seluruh Indonesia, melakukan doa bersama untuk korban.
Hal ini bisa dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh suporter Madura di Pamekasan, suporter Surabaya hingga Yogyakarta.
Beberapa daerah yang lain seperti Jakarta, Madiun, Palangkaraya dan lain-lain juga melakukan aksi serupa.
Solidaritas kemanusiaan yang ditunjukkan oleh para suporter, bahkan masyarakat secara umum, untuk memberikan dukungan berupa doa juga support seperti penggalangan dana yang dilakukan oleh Army Indonesia, GUSDURian dan beberapa lembaga atau komunitas, sangat perlu kita apresiasi.
Selain itu, beberapa ucapan duka dari sepak bola internasional, seperti Barcelona, klub Liga Inggris, turut menyertai kesedihan para suporter.
Ada pemandangan berbeda dari tragedi ini, yakni gaungan perdamaian yang tercipta.
Di sela-sela suasana duka di Stadion Kanjuruhan Kepanjeng, Kabupaten Malang pada Rabu (5/10/22) malam, menjadi momen awal perdamaian perdamaian antara Persebaya Surabaya Bonek mania dengan suporter Arema FC Aremania.
Kedua suporter yang dikenal dingin, bahkan memiliki hubungan kurang baik, yang ditunjukkan dengan perpecahan beberapa tahun silam, melalui kejadian ini menjadi titik balik dari hubungan yang sangat tidak romantis itu.
Tidak hanya itu, di Yogyakarta, tulisan mural tentang perdamaian antar suporter di sudut Kota yogayakrta, kamis (6/10/22), menunjukkan perdamaian antara suporter dari PSIM Yogayakarta PSS Sleman dan Persis Solo.
Ketiga kelompok suporter yang kerapkali melakukan aksi brutal dan memiliki hubungan tidak baik itu, bersepakat damai setelah tragedi Kanjuruhan.
Melalui jargon Islah itu, menjadi semangat perdamaian antar suporter.
Selain itu, beberapa mural perdamaian diberikan kepada Aremania untuk mendukung dan memberikan semangat, terpampang di sudut Kota Yogyakarta.
Selain itu, doa bersama yang dilakukan oleh ribuan suporter di halaman parkir Stadion Mandala Krida Yogyakarta, pada 4 Okober kemarin, menjadi simbol perdamaian dari para suporter yang hadir.
Beberapa suporter tersebut di antaranya yaitu Brajamusti dan The Maident (Yogyakarta), Paserbumi (Bantul), Slemania dan BCS (Sleman), Paseopati, ultras dan GK Samber Nyawa (Solo), panser Biru dan Snex (Semarang), Aremania (Malang), Bonek (Surabaya), The Jakmania (Jakarta), serta Bobotoh dan Viking (Bandung).
Senyum hangat terpampang ketika mengetahui banyak suporter melakukan Islah, ataupun sepakat berdamai dengan suporter lain.
Sebab tragedi kemanusiaan ini menjadi pukulan keras atas keegoisan kita sebagai manusia yang fanatik terhadap sesuatu, utamanya bola.
Mau berapa banyak lagi korban untuk menyadarkan tentang pentingnya perdamaian untuk menjunjung kemanusiaan.
Bukankah agama kita (red;Islam) menyerukan tentang perdamaian antar manusia?
Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa Islam mementingkan eksistensi kemanusiaan di mana setiap individu memiliki ha hidup, perlakuan adil dan baik serta hak kemanusiaan lainnya.
Ini berarti bahwa, perdamaian dalam rangka menjunjung hak hidup yang dimiliki setiap orang menjadi wajib untuk dilakukan.
Utamanya oleh para suporter sepak bola yang selama ini memiliki hubungan kurang baik antar suporter.
Penulis meyakini bahwa, melalui tragedi kemanusiaan ini, kita semua berduka.
Hikmahnya, tragedi ini menjadi pelajaran sangat berharga kepada semua suporter sepak bola untuk menjaga hubungan baik, merajut perdamaian dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan agar sepak bola tidak lagi menjadi ruang meregang nyawa.
Sebab sepak bola hanyalah permainan, bukan tempat beradu kuat, lalu yang kalah menyerahkan nyawanya.
Mari junjung nilai perdamaian dalam setiap permainan yang digelar. []