Hayya Alal Jihad Melawan Kebodohan!

Islam, Tuhan, dan Humanisme (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Makna jihad selalu senantiasa disalahartikan dengan berbagai upaya yang dilakukan dengan cara kekerasan. Parahnya, pemahaman semacam ini tersebar pada sebagian masyarakat kita, yang ikut segelintir orang.
Mereka memproklamirkan seruan jihad dengan berbagai cara dan kebebasan berekspresi yang mengada-ada. Akibatnya, wajah Islam tercoreng akibat kehadiran mereka yang menampilkan Islam dengan seorang teroris, dan semacamnya melalui seruan jihad yang dengungkan.
Padahal sejatinya, jihad yang dimaksud tidak terbatas pada pemaknaan yang singkat dan menyesatkan semacam itu. Jihad paling berat justru ketika melawan diri sendiri. Biasanya dengan berbagai macam cara, salah satunya jihad melawan kebodohan. Melawan kebodohan ini tidak lain adalah senantiasa belajar, mencari ilmu dalam rangka menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama.
Sejalan dengan pesan suci Alquran “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Mujadalah: 11).
Ayat ini menegaskan bahwa Allah mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tentram dalam masyarakat. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka sikap yang ditunjukkanpun semakin memberikan ketentraman pada orang lain, ataupun kepada masyarakat.
Jihad untuk Kebaikan Banyak Umat
Perlu kita pahami bahwa ketika kita berupaya untuk menghilangkan kebodohan yang ada di dalam diri kita, tidak semerta-merta untuk diri kita sendiri. Melainkan agar ilmu tersebut bermanfaat bagi orang lain. Hal semacam ini dimaknai sebagai jihad. Sebab orang yang berilmu bisa membedakan hal baik dan buruk, benar dan salah, dan tentunya harus relevan dengan penerapan ilmu yang dimilikinya.
Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang dapat membuat pemiliknya berperilaku selaras dengan maksud Allah menciptakan manusia. Yaitu untuk beribadah, taat mematuhi segala aturan-Nya. Adapun ilmu-ilmu lainnya seperti matematika, kedokteran, ekonomi dan lain sebagainya bukannya berarti tak penting.
Tetapi harus diartikan, bahwa kepiawaian seseorang dalam ilmu, sains dan teknologi menjadi tidak bermakna bila ia tidak dapat berperilaku sesuai dengan tujuan untuk apa ia diciptakan.
Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan apa pun menjadi sangat penting kedudukannya mengingat bahwa kebutuhan masyarakat sejauh ini sangat beragam. Namun, yang paling utama adalah pengetahuan agama. Sebab selama ini banyak sekali kerusakan yang terjadi dibenturkan atas nama agama.
Pemahaman agama pun diwajibkan untuk kita miliki semata-mata tidak lain agar tidak banyak lagi masyarakat yang menganggap bahwa Islam adalah agama yang menyerukan jihad dengan kekerasan.
Jihad dengan Pengatahuan
Jika kita memiliki pengetahuan agama yang mumpuni. Kita akan mampu membungkam, melawan kerusakan yang ditimbulkan oleh beberapa kelompok yang mengatasnamakan Islam dalam segala bentuk kekerasan yang ditampilkan. Seiring dengan pengetahuan agama, pengeathuan umum juga harus penting dalam rangka sebagai jembatan seseorang agar terus bisa survive dalam kehidupannya untuk bermanfaat terhadap sesama.
Misalnya, ilmu kedokteran dibutuhkan oleh pasien yang sedang sakit. Ilmu ekonomi dibutuhkan oleh murid, ilmu matematika, ilmu fisika, dan lain-lain. Maka menjadi penting kiranya “long life learning” sebagai manifestasi seseorang dalam melawan kebodohan yang ada dalam dirinya. Sebab semakin seseorang banyak memperoleh pengetahuan, semakn sadar dirinya bahwa banyak yang tidak ia ketahui.
Melawan kebodohan dengan berupaya mencari ilmu, belajar, meningkatkan kemampuan diri agar ilmunya bisa bermanfaat bagi orang banyak, menjadi salah satu jembatan bagi individu pada masa kini untuk berjihad.