Hasil Pengobatan Remdesivir Menunjukkan Adanya Peningkatan
HIDAYATUNA.COM – Pada hari Senin, Gilead Sciences Inc, telah melaporkan munculnya peningkatan yang cukup bisa diperhitungkan, pada hasil dari beberapa pasien COVID-19 dengan kondisi sedang, yang selama lima hari telah diberikan pengobatan menggunakan obat antiviralnya ‘remdesivir’. Sebaliknya, mereka yang telah diberi obat tersebut selama 10 hari, tidak mendapatkan hasil peningkatan yang serupa.
Remdesivir, yang diberikan secara intravena di rumah sakit, adalah obat pertama dalam beberapa uji klinis formal yang dapat menunjukkan adanya peningkatan hasil pada pasien COVID-19, dan di tengah situasi pandemi ini, munculnya sebuah informasi baru tentang kabar kemanjurannya, telah diawasi dengan sangat seksama oleh negara-negara di seluruh dunia.
Pada penelitian tahap akhir yang telah dilakukan terhadap hampir dari 600 pasien, telah mengevaluasi keamanan dan kemanjuran dari proses pengobatan yang dilakukan selama lima dan 10 hari dengan menggunakkan remdesivir, di samping tetap diberikannya juga perawatan standar untuk orang-orang yang telah dites positif COVID-19 dengan kondisi sedang, dan lanjut hasilnya dibandingkan dengan para pasien yang hanya diberikan perawatan COVID-19 secara standar saja.
Pada hari ke 11, sekitar 76 persen dari pasien yang telah diberikan pengobatan menggunakkan remdesivir selama 5 hari telah menunjukkan adanya peningkatan pada status klinisnya, jika dibandingkan dengan hasil 66 persen saja dari pasien yang hanya menerima perawatan standar COVID-19, kata Gilead.
Sekitar 70 persen dari pasien yang telah menerima pengobatan menggunakan remdesivir selama 10 hari juga telah menunjukkan adanya hasil peningkatan, meski hasil itu ‘cenderung tidak mencapai signifikansi statistik’, kata pembuat obat itu.
Untuk detail lebih lanjut dari hasil penelitian yang telah diberikan oleh Gilead pada hari Senin, seperti lebih banyak lagi tentang informasi demografi dari para pasien, masih akan diperlukan untuk bisa menjelaskan alasan adanya perbedaan hasil di dalam dua kelompok yang telah menerima pengobatan menggunakan remdesivir tersebut, kata para dokter dan analis.
Seperti yang diketahui, hingga saat ini penggunaan dari Remdesivir sendiri masih diawasi dengan sangat ketat setelah pada bulan lalu Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) memberikan Otorisasi Penggunaan Darurat (EUA)-Nya, dengan mengutip hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh pemerintah AS, yang menunjukkan bahwa hasil dari penggunaan obat itu dapat mengurangi 31 persen atau empat hari dari lama waktu seorang pasien COVID-19 harus di rawat inap di rumah sakit, dibandingkan dengan menggunakkan plasebo.
Hingga hari ini, FDA masih belum menanggapi saat dimintai untuk berkomentar tentang apakah mereka akan mempertimbangkan untuk memperluas EUA yang telah diberikannya, dan Gilead juga telah mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa saat ini mereka sedang dalam sebuah proses diskusi dengan regulator untuk menentukan pasien mana yang sesuai untuk dirawat di bawah otorisasi tersebut.
Sebagai informasi, sampai saat ini masih belum ada jenis perawatan ataupun vaksin yang telah diberi persetujuan oleh AS untuk digunakkan dalam memerangi virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 6,57 juta orang, dan membunuh lebih dari 388.000 orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 109.000 kematian di AS sendiri. (Aljazeera.com)