Hasan Hanafi: Rekonstruksi Teologi Membangun Peradaban yang Berperikemanusiaan

 Hasan Hanafi: Rekonstruksi Teologi Membangun Peradaban yang Berperikemanusiaan

Hasan Hanafi (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Seorang Hasan Hanafi tak bisa dilepaskan namanya dalam kancah keilmuan, khususnya dalam kajian keislaman. Ia termasuk dalam barisan salah satu tokoh yang paling berpengaruh, pemikirannya yang gemilang banyak memberikan kontribusi terhadap keilmuan Islam termasuk perihal teologi. Hasan Hanafi diketahui memiliki ambisi atau hasrat yang besar terhadap Islam. Ia selalu mengembangkan pemikirannya sebagai upaya untuk membangun sebuah peradaban yang berperikemanusiaan, serta didasarkan atas nilai universal Islam.

Manusia dapat disebut sebagai makhluk historis. Kehidupan manusia berkembang secara berkesinambungan, termasuk perkembangan dalam hal pengalaman atau pemikiran. Karakteristik pemikiran seseorang bergantung dengan lingkungan dan zaman ketika ia hidup. Artinya, ketika kita ingin memahami pemikiran seseorang, maka tidak afdal jika tidak menelisik historis dari terbentuknya karakter dasar pemikirannya. Begitulah Hasan Hanafi dengan rekonstruksi teologinya dalam rangka membangun peradaban berperikemanusiaan.

Pada masa abad 20 ini, produk akal manusia secara kreatif sangat berkembang dan meluas ke seluruh penjuru dunia sehingga, banyak memunculkan transformasi di segala bidang, termasuk agama. Oleh karenanya, suatu konsep teologi yang sering kali diyakini sebagai basis dalam menjalani kehidupan. Dituntut untuk selalu melakukan perubahan atau penyegaran agar sesuai dengan kehendak zaman.

Seorang Hasan Hanafi hidup dalam suasana peperangan yang penuh dengan luapan konflik ketika ia masih kecil. Ia pun menyaksikan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami oleh kaum lemah. Hal itu memengaruhi kepeduliannya terhadap persoalan kemanusiaan. Pada masa remaja, ia memiliki kegemaran menonton film-film dokumenter dan juga lagu-lagu pembebasan. Kemudian ia juga terlibat aktif mengikuti kegiatan demonstrasi, hingga kemudian mengenal Ikhwanul Muslimin dan bergabung di dalamnya.

Gagasan Rekonstruksi Teologi Islam Hasan Hanafi

Ia banyak belajar dari tokoh Ikhwanul Muslimin, seperti halnya Hasan al-Banna. Hal itu mengembangkan kesadaran keagamaannya. Selain itu, Hasan Hanafi merupakan mahasiswa jurusan filsafat di Universitas Kairo Mesir, dan kecintaannya pada filsafat membuatnya berambisi tentang kemajuan umat Islam yang punya jati diri serta bermartabat.

Peran Jean Guitton yang merupakan gurunya sewaktu belajar di Prancis juga tak bisa dilepaskan dalam sejarah perkembangan pemikirannya. Jean Guitton, seorang guru besar filsafat memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran Hasan Hanafi.

Kedekatan yang terjalin antar keduanya diibaratkan seperti Aristoteles dan Plato. Di sini, Hasan Hanafi berupaya mengembangkan pemikirannya dari taraf ide transenden menuju taraf ide realitas. Selain itu, pemikiran tokoh lain, seperti Muhammad Iqbal, Sayid Quthb, Karl Marx, serta Edmund Husserl juga turut memengaruhi pola pemikiran Hasan Hanafi (Aisyah, 2011:62). Terlebih lagi, ia adalah sosok yang gemar belajar dan rajin membaca.

Rekonstruksi teologi Islam gagasannya diupayakan dalam rangka kemajuan umat Islam. Ia memandang bahwa seharusnya teologi Islam itu berbicara tentang hal yang relevan dengan sejumlah persoalan manusia, yakni melingkupi masalah sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Ia berinisiatif mengembalikan Islam kepada hakikat yang sebenarnya sebagai agama pembebasan yang peduli pada persoalan kemanusiaan, yang dapat membela kaum lemah, dan mampu menjadi garda terdepan untuk menentang kekuatan yang merampas hak hidup dan kebebasan.

Seorang Hasan Hanafi sangat berani melantangkan revolusi. Ia banyak menuangkan gagasannya dalam sebuah majalah, yakni al-Fikr al-Mu’asir dan al-Katib. Gagasannya  banyak mengangkat hal-hal, seperti isu pembaharuan dalam agama, ideologi dan agama, orisinalitas dan kontemporer, nasionalisme, dll. Hal itu sebagai usahanya untuk membangkitkan kesadaran umat untuk terus selalu melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik.

Konsep Rekonstruksi Teologi Hasan Hanafi

Pemikirannya ialah buah hasil dari rangkaian penjelajahan hidup yang dilaluinya, terutama dalam hal perjalanan iman dan intelektualnya. Ia membongkar isu-isu teologi klasik yang berhaluan teosentris dan merakitnya kembali menjadi teologi yang berhaluan antroposentris. Saat itu, Hasan Hanafi memandang bahwa manusia hanya sebuah wadah yang siap menampung segala pemberian Tuhan. Itulah alasan yang menyebabkan banyak umat Islam mengalami kesusahan. Padahal, teologi yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan tidak hanya berpangkal pada taraf pengetahuan teori saja, melainkan juga pada taraf amal praktis.

Hasan Hanafi menawarkan sebuah konsep rekonstruksi teologi yang bertujuan untuk mewujudkan teologi sebagai ilmu perjuangan sosial yang mampu menjadi motivasi atau landasan etik bagi tindakan manusia. Hal ini merupakan kritik dalam pandangannya yang menyatakan bahwa selama ini teologi hanya sebatas doktrin agama yang kosong makna praksis (Falah, 2015:208).

Ia berupaya untuk mengubah hal yang semula bersifat ketuhanan menuju arah yang sifatnya kemanusiaan, dari yang semula hanya teori menuju tindakan, dan dari takdir menuju kehendak bebas (Syarifuddin, 2012:202). Ia kembali membangkitkan semangat tauhid yang menurutnya terbagi dalam dua hal, yaitu tauhid ucapan dan tauhid perbuatan yang termuat dalam kalimat syahadat yang pertama (Tiada Tuhan selain Allah) (Yusuf, 2014:245).

Menurutnya, konsep tauhid tidaklah bermakna, apabila tidak dibarengi dengan tindakan yang konkret. Karena tauhid merupakan alat pemersatu sekaligus persamaan eksistensial manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda (Burhanuddin, 2016:167).

Seorang Hasan Hanafi mengubah hal dari spirit ruh ke alam, dari taraf kesadaran personal menuju taraf kesadaran sosial. Sosok Hasan Hanafi selayaknya menjadi panutan, khususnya bagi generasi muslim muda sekarang untuk selalu berusaha merealisasikan agama Islam sebagai agama yang Rahmatan lil ‘Alamin.

 

Nurul Maulida

Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *