Hasan bin Ali, Cucu Nabi yang Dicintai Para Sahabat
HIDAYATUNA.COM – Hasan bin Ali ra dilahirkan pada pertengahan bulan Ramadhan tahun ketiga hijriah. Awal pemberian nama beliau dengan ditahnik (memasukkan kurma yang dihaluskan kedalam mulut) oleh Rasulullah dengan air liurnya dan diberi nama Hasan. Dia adalah putera tertua dari Ali ra.
Rasulullah sangat mencintainya, beliau sering kali menciumnya saat masih kecil, malah terkadang rasulullah memeluknya dan bercanda dengannya. Rasulullah pernah sujud dalam shalat, tiba-tiba Hasan datang dan menaiki punggungnya. Selama Hasan di atas punggungnya, beliau tidak bangkit dari sujudnya.
Ketika Rasulullah sedang berdoa, beliau meminta “ya Allah, aku sayang mencintai dan menyayangi Hasan maka cintai dan kasihilah dia, serta cintai dan sayangilah orang yang mencintainya”.
Abu Hurairah pernah bercerita, “pada suatu ketika, aku berjalan bersama Rasulullah disebuah pasar Kota Madinah. Tiba-tiba beliau membalikkan badannya, aku pun mengikutinya. Beliau mendatangi halaman rumah Fathimah lalu beliau memanggilnya, (Hai, anak kecil. Memanggilnya terus menerus) namun tidak ada jawaban dari dalam rumah tersebut. Maka beliau menunggunya, sambil duduk di halaman rumah dan begitu juga dengan Abu Hurairah.
Tidak lama kemudian Hasan bin Ali datang. Abu Hurairah berkata “kami mengira Hasan ada di dalam rumah bersama ibunya dan sedang bermain dengan ibunya”.
Ketika Rasulullah masuk bersama Hasan kedalam rumah, beliau memeluk erat dan Hasan pun membalas pelukan itu. Kemudian beliau bersabda “aku mencintainya dan mencintai orang yang mencintainya”. Kata-kata itu diucapkan beliau sebanyak tiga kali.
Anak kecil ini tumbuh dewasa di rumah dengan bimbingan Rasulullah dan belajar dari ilmunya. Terdidik dengan pendidikannya hingga mencapai akhlak mulia.
Ketika Hasan dan Husain masuk kedalam masjid, mereka melihat seorang tua yang tidak sempurna dalam melakukan wudhu. Mereka pun berkata “apa sebaiknya yang harus kita lakukan untuk memperbaiki wudhu orang tua ini? Apakah kita langsung menggurnya atau mencelanya”.
Hasan pun memutar otaknya untuk mencari jalan keluar yang terbaik dan cukup mudah. Hingga tibanya berkata ke Husain “bagaimana kalau kita memperagakan wudhu kita dan kita minta dia yang memutuskan wudhu siapa yang lebih baik? Ini ide yang sangat bagus”. Husain menjawab dengan penuh semangat.
Maka Hasan mendatangi orang tua itu dan berkata “maukah engkau menjadi hakim untuk menentukan wudhu siapa yang terbaik diantara kami”.
Seorang tua itu menjawab “Tentu”.
Kemudian, Hasan memperagakan wudhunya, sangat bagus dan sempurna. Sedangkan Husain juga memperagakan wudhunya, tidak kalah bagus dari Hasan.
Laki-laki tua itu menyadari apa yang mereka lakukan dan berkata “yang tidak bagus wudhunya adalah aku sendiri. Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan dan secara tidak langsung kalian telah mengajarkan wudhu yang bagus dan sempurna kepadaku”. Inilah didikan Madrasah Nabawi.
Hasan bin Ali juga sangat dicintai oleh Abu Bakar ra. Uqbah bin Haris pernah bercerita bahwa setelah sepeninggalnya Rasulullah, Abu Bakarlah yang mengimami Shalat. Pada suatu hari setelah selesai Shalat Ashar, dia keluar berjalan-jalan bersama Ali ra. Tiba-tiba Abu Bakar melihat Hasan sedang bermain-main bersama anak-anak kecil lainnya.
Abu Bakar menghampirinya dan langsung menggendong Hasan di atas pundaknya sambil berkata “demi bapakku, anak ini mirip dengan Nabi, bukan mirip dengan Ali”. Ayahnya hanya tersenyum mendengar kata-kata itu.
Umar sanggat mengagungkan dan sangat memuliakan Hasan, sebaliknya juga Hasan mencintainya. Dalam sebuah riwayat dari Al-Waqidi, ketika Umar mengadakan sejenis baitulmaal, dia memberikan sebagian kepada Hasan dan Husain bersama ahli Badar, masing-masing mendapatkan 5.000 dirham.
Pada suatu hari, anak Umar datang menemuinya dan meminta agar dia diberikan seperti bagian Hasan dan Husain. Ketika itu Umar ra, berkata “aku akan memenuhi permintaan itu, jika bapak engkau seperti bapak mereka, ibu engkau seperti ibu mereka dan kakek engkau seperti kakek mereka”.
Begitu juga dengan Utsman bin Affan, dia sangat mencintai Hasan dan Husain serta memuliakan mereka. Hasan dan Husain pun juga sangat mencintai dan memuliakan Utsman.
Ketika Utsman dikepung di dalam rumahnya, Hasan ada bersama Utsman di dalam rumah tersebut sambil menghunus pedang, menjaga keselamatan Utsman, namun Utsman lebih mengkhawatirkannya.
Utsman meminta dengan nama Allah Swt, kepada Hasan agar dia mau meniggalkannya sendirian, semata-mata karena dia mengkhawatirkan Hasan dan agar hati Ali tenang.
Sedangkan cinta Ali kepada sang anaknya Hasan tidak bisa digambarkan besarnya kasih sayang seperti orang lain.
Salah satu kebiasan Hasan adalah apabila dia shalat shubuh di Masjid Rasulullah. Ia selalu duduk ditempat shalatnya, berzikir kepada Allah sampai siang hari. Para petinggi dan pemuka masyarakat juga ikut duduk bersamanya, berdiskusi dan berbincang-bincang.
Kemudian beliau pualng melewati rumah-rumah Ummahatil Mukmin dan memberi salam kepada mereka.
Setelah Amirul-Mukminin, Ali bin Abi Thalib wafat, Hasan dibaiat menjadi khalifah. Hampir saja perang saudara antar kaum muslimin pecah karenanya, namun dia segera melepaskan jabatan itu dan menyerahkannya kepada Muawiyah, demi menjaga perdamaian dan persatuan kaum muslimin.
Sungguh benar apa yang dituturkan oleh Rasulullah sebelumnya. Ketika itu beliau berdiri di atas mimbar dan Hasan ada di sampingnya. Beliau menoleh ke arah Hasan dan sesaat kemudian menoleh ke arah kaum muslimin di hadapannya.
Lalu beliau bersabda, “Anakku ini adalah seorang pemimpin. Semoga Allah menyelamatkan dua kelompok dari kaum muslimin dengan berkahnya.”
Pada suatu hari, cucu Rasulullah ini pernah bermimpi. Dia melihat tulisan qul hawallahu ahad di keningnya. Ia merasa sangat senang mendapatkan mimpi seperti itu.
Kabar tentang mimpi ini sampai kepada Said bin Musayyaf, lalu dia berkata: jika memang benar Hasan bermimpi seperti itu maka ajalnya tinggal sedikit lagi.” Dan begitulah yang terjadi.
Beberapa kali Hasan diracuni orang, sehingga akhirnya racun itu menghancurkan usus-usus dalam perutnya. Ketika dalam keadaan sekarat, Husain datang dan berkata: “Siapa orang yang telah meracuni engkau?”
“Apa yang ingin engkau lakukan?” kata Hasan lemas
“Aku ingin membunuhnya sebelum engkau dikebumikan. Jika aku tidak Sanggup atau orang itu di daerah lain, aku akan mencari orang untuk memburunya,” jawab Husain tegas.
Hasan berkata lagi, “Hai saudaraku, dunia ini tidak abadi. Biarkan kami bertemu di hadapan Allah.” Hasan tidak mau menyebutkan siapa orang yang meracuninya. Selamat jalan menuju surga, wahai pemimpin para pemuda ahli surga.
Sumber: 30 Nama Penghuni Surga, Dr. Musthofa Murad