HAM Islam Luncurkan Inisiatif Lintas Agama Muslim, Kristen, Yahudi
HIDAYATUNA.COM, London – Komisi Hak Asasi Manusia Islam (HAM) yang berbasis di London meluncurkan sebuah inisiatif lintas agama. Program ini untuk menjalin harmoni antara Muslim, Kristen dan Yahudi yang menentang Zionisme.
Islamic Human Rights Commission (IHRC) bertujuan menyatukan tiga komunitas berbeda di Palestina agar bekerja menuju pembentukan satu negara demokratis. Saling bersinergi dengan komunitas yang hidup berdampingan secara harmonis.
Upaya ini untuk mengembalikan kondisi keharmonisan seperti yang mereka lakukan sebelum Zionisme membagi tanah. Para sejarawan di era ini dijuluki “Convivencia”, Aliansi Convivencia adalah upaya untuk mereplikasi harmoni antara agama yang berbeda di Al-Andalus, atau Muslim Spanyol.
Haim Bresheeth-Zabner dari Jaringan Yahudi untuk Palestina (JNP) dan Komisi Hak Asasi Manusia Islam menjadi pembicara pada peluncuran di Minggu pertama. Profesor yang menjadi putra para penyintas Holocaust ini berbicara tentang sejarah tiga komunitas yang hidup bersama di Al-Andalus dan Palestina.
Ia menjelaskan bagaimana tiga komunitas ini memperkaya budaya. Tahun ini, kata dia, kita telah melihat Paskah dan Ramadan datang pada waktu yang sama.
Secara tradisional, menurutnya, hari raya tiga komunitas tersebut adalah waktu untuk berkumpul di Palestina, tetapi sekarang itu tidak mungkin karena Zionisme. Lebih lanjut, dia menjelaskan, rasisme dan kebrutalan Zionisme tidak ada hubungannya dengan Yudaisme.
Perpecahan Agama karena Zionis
Massoud Shadjareh, dari Komisi HAM Islam, menjelaskan perpecahan antar agama yang diakibatkan Zionisme di Palestina. Pasalnya, perpecahan itu memengaruhi hubungan antar kelompok agama di seluruh dunia.
Kata Shadjareh, masyarakat menginginkan perdamaian dan persatuan yang permanen dan adil yang berdasarkan 4 hal berikut:
a. Berdiri melawan ketidakadilan
b. Berdiri melawan Apartheid
c. Berdiri melawan pendudukan ilegal
d. Melawan hari demi hari pelanggaran setiap orang yang bukan Zionis
Dia melanjurkan, bagian terakhir (poin d) ini berarti penindasan semua anti-Zionis tanpa memandang agama. Shadjareh juga melihat bagaimana tindakan antaragama telah digunakan di masa lalu untuk menormalkan Zionisme.
Sering pula diadakan atas dasar, baik memaksa peserta untuk menerima, atau tetap diam pada Zionisme. Menurutnya, mendukung Zionisme berarti mendukung apartheid, kejahatan perang, kolonialisme dan pembunuhan anak-anak.
Mimpi Seorang Pendeta Mewujudkan Keharmonitas Lintas Agama
Pendeta Dokter, Stephen Sizer mengatakan tentang mimpinya yang ingin melihat keharmonisan tiga komunitas yang terdampak Zionis. Ia ingin agar orang-orang Kristen, Yahudi dan Muslim bekerja sama mewujudkan perdamaian, keadilan dan rekonsiliasi di Palestina.
“Sangat menggembirakan melihat para pemimpin Kristen di Palestina begitu antusias mendukung aliansi ini,” kata Pendeta. Ia optimis bahwa para pemimpin Kristen Inggris akan bergabung.
Hal ini sangat penting dalam pandangannya karena fakta bahwa sembilan dari dua Zionis adalah Kristen. Oleh karena itu ia percaya bahwa orang Kristen memiliki tanggung jawab untuk memperjuangkan hak asasi manusia Palestina.
Dukungan Kristen untuk kejahatan semacam itu bukanlah hal baru. Sebaliknya, menyakitkan baginya untuk mengakui bagaimana beberapa orang Kristen mencoba membenarkan Perdagangan Budak Trans-Atlantik dan apartheid di Afrika Selatan.
Source: 5pillarsuk.com/IQNA