Halusnya Pribadi KH Ahmad Habibullah Zaini Pengasuh Pesantren Lirboyo

 Halusnya Pribadi KH Ahmad Habibullah Zaini Pengasuh Pesantren Lirboyo

HIDAYATUNA.COM – Indonesia telah kehilangan satu lagi sosok ulama yang kharismatik. Beliau adalah KH Ahmad Habibullah Zaini, pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri. Beliau wafat pada Senin, 10 Februari 2020 di RS Darmo Surabaya. Beliau dikenal sebagai ulama yang berilmu tinggi, tawadhu, zuhud, dan bersahaja. Semoga beliau mendapat tempat di sisi Allah SWT, dan semua amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.

KH Ahmad Habibullah Zaini lahir pada tahun 1954, putra kedua dari pasangan KH Zaini Munawir Krapyak dan Nyai Qomariyyah Abdul Karim Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Ia memiliki 3 saudara lainnya yang sudah mendahului beliau. Mereka adalah Muhammad Rifqi Widodo yang meninggal pada saat masih belia, kemudian almarhum KH Thaha Zaini, KH Habibullah Zaini dan almarhum Hasan Zaini.

Sejak kecil, beliau dididik di lingkungan pesantren dengan pendidikan agama yang kuat. Ia belajar dibawah asuhan orang tua dan guru-gurunya di Pesantren Lirboyo. Beliau kemudian nyantri di Pesantren yang terletak di Desa Tanggir, Kab. Tuban, Jawa Timur dibawah asuhan KH Muslich Abdul Karim. Usai nyantri di Tuban, beliau kembali ke Pesantren Lirboyo untuk kemudian berkhidmad dengan mengajar di madrasah dan mengasuh para santri.

Karena sosoknya yang bersahaja dan tekun, pada zaman kepengasuhan KH Idris Marzuqi, beliau mendapat amanah untuk menjadi Kepala Madrasah Hidayatul Mubtadiin Pesantren Lirboyo, hingga saat ini pun beliau menjadi pengasuh di salah satu cabang Pesantren Lirboyo.

Gus Habib, sapaan beliau, termasuk sosok yang jarang bepergian. Di waktu sehatnya, beliau menghabiskan waktunya untuk membaca kitab, atau mengaji dan juga mengasuh para santri. Pribadi beliau yang halus akan sangat berbeda ketika beliau sedang membaca kitab kuning, atau madep dampar (istilah yang lazik digunakan di pesantren Lirboyo untuk aktivitas mengaji kitab kuning). Bagi Kyai yang bersahaja ini, kegiatan membaca kitab adalah kebahagiaan tersendiri.

Selain sosoknya yang bersahaja, beliau juga adalah pribadi yang sederhana. Ini dapat dilihat dari cara beliau makan, berpakaian dan cara berkomunikasi dengan orang yang ditemuinya. Kyai Habibullah juga merupakan sosok yang wara’, selalu berhati-hati dalam persoalan fikih, akhlaknya yang mulia juga dapat dilihat bila berdekatan dengan beliau.

Ketawadhuannya juga tampak dari bagaimana sikap beliau di sebuah majlis dengan kyai-kyai yang lain. Sikap tawadhunya jelas terlihat pada saat momen makan bersama di ndalem KH Sahal Mahfudz. Pada kesempatan tersebut, beliau berinisiatif mengambilkan nasi ke piring-piring para kyai yang lebih sepuh dari beliu. Sikap tawadhunya ini juga tampak saat majelis Ngaji Kamis Legi yang dipimpin oleh KH Anwar Manshur untuk para alumni-alumni di beberapa tahun terakhir ini.

Di bulan ramadhan, beliau memiliki kebiasaan ngaji posonan bersama para santri dengan menghatamkan kitab-kitab kuning yang bergolong tebal. Beliau memulai pengajian setiap ba’da dhuhur hingga ashar, kemudian setelah isya hingga tengah malam. Di dalam kegiatan mengajar, almarhum selalu menekankan agar santri serius dalam belajar selagi masih muda.

Pesan beliau “Kalau sudah tua pasti nambah repot, karena tidak ada orang tua yang tidak repot”

Ada sebuah cerita dari salah satu alumni Pesantren Lirboyo yang bercerita tentang sifat zuhud Gus Habib. Ia menceritakan bahwa Gus Habib hanya memiliki satu mobil, yakni Izusu Panther, meskipun memiliki ribuan santri, mobil beliau hanya satu dan tidak pernah ganti yang baru. Beliau juga sering mencuci dan mengendarai mobilnya sendiri.

Setiap acara seremonial di pesantren, maupun acara kedatangan tamu pejabat, Gus Hamid sering tidak tampak. Kalaupun hadir, Gus Habib lebih memilih diam bersahaja dan duduk dengan menundukkan pandangannya. Meski tubuhnya tinggi, tegap, gagah dan ganteng. Ketika berjalan beliau senantiasa menundukkan pandangan dengan muka berseri-seri. Mukanya memancarkan kesantunan, ketenangan dan tetap memancarkan kealiman dan kharismatiknya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *