Halaqah Bu Nyai Pantura: UU Pesantren Kemandirian dan Independensi Pesantren

 Halaqah Bu Nyai Pantura: UU Pesantren Kemandirian dan Independensi Pesantren

HIDAYATUNA.COM, Kudus – Semangat Hari Santri Nusantara 2019 mengawali Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI) Nahdlatul Ulama Jawa Tengah dalam hal ini divisi RMI putri bekerjasama dengan IAIN Kudus mengadakan seminar dan halaqah Bu Nyai Pantura.   

Seminar dengan mengangkat tema Pengembangan Ekonomi Pesantren bertempat di Ruang Aula Perpustakaan IAIN Kudus pada Kamis (10/10) dihadiri 100 ibu Nyai dari Kudus, Pati, Blora, Demak hingga Semarang.     

“Tema kemandirian ekonomi Pesantren menjadi hal yang sangat menarik dan menjadi konsentrasi RMI Putri PWNU Jateng sebagai bagian Program Pemberdayaan Pesantren Putri,” papar perwakilan PW RMINU Putri Jateng Nyai Hj Tutik Nurul Jannah seperti dikutip NU Online.

Selain itu, beliau menyambut positif kesempatan yang diberikan pihak IAIN Kudus dalam halaqah Bu Nyai Pantura kali ini. Di sisi lain kemandirian personal dan kelembagaan pesantren akan dapat meningkatkan kualitas mutu aktivitas tafaqquh fiddin di pesantren. Apalagi salah satu amanah UU Pesantren yaitu kemandirian dan independensi pesantren.  

“Kemandirian ekonomi adalah habit pesantren”, ungkap narasumber Neng Hannah.   Banyak pesantren berhasil mengembangkan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat yang khas. Berbagai aktivitas ekonomi berhasil menjadikan pesantren menjadi lembaga yang kuat dan memberdayakan masyarakat sekitarnya.  

Narasumber kedua Nyai Hj Arikhah mengelaborasikan berbagai contoh aktivitas pengembangan ekonomi kepada santri-santri putri di pesantren Darul Falah Besongo Semarang.   

Menurut penjelasannya, para santri putri harus memiliki kemampuan soft skill dan hardskill ekonomi agar bisa berperan dan tidak hanya tergantung kepada suami. Kemandirian ekonomi para santri putri dan Bu Nyai juga akan dapat meningkatkan kesetaraan.

Dalam kesempatan itu, hadir Wakil Rektor I H Supaat menyampaikan bahwa IAIN Kudus sangat mendukung penguatan kelembagaan pesantren sebagai akar moderasi Islam yang sesuai dengan visi IAIN Kudus.   

Dikatakan, Bu Nyai mempunyai peran yang tidak dapat dinafikan dalam aktivitas ekonomi pesantren karena para Bu Nyai secara aktual menjadi pelaku ekonomi bagi Pesantren. Oleh karena itu halaqah Bu Nyai dengan mengangkat tema Pengembangan Ekonomi Pesantren ini  cukup strategis.  

“IAIN Kudus akan terus mendorong dan bersinergi untuk kemandirian pesantren,” jelasnya.  

Melalui Halaqah Bu Nyai kali ini, kepada NU Online, Sabtu (12/10) Hj Tutik menjelaskan hasil rekomendasi bagi pengembangan ekonomi pesantren, yakni pertama, pengembangan ekonomi apapun di pesantren putri harus menjadi wasilah bagi penguatan tafaqquh sebagai fungsi pokoknya.   

“Kedua, pengembangan ekonomi harus menjadi bagian dari penguatan jejaring antar pesantren putri dan upaya menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupinya,” ungkapnya.   Ketiga lanjutnya, pengembangan ekonomi pesantren putri harus bermanfaat bagi pemberdayaan pesantren putri dan masyarakat sekitar pesantren. (*)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *