Hadis Istri Pemaaf setelah Dizalimi

Bolehkah Mensholawati Seseorang Supaya Berjodoh? (Ilustrasi/Hidayatuna)
HIDAYATUNA.COM – Dikutip dari dinding halaman media sosial KH. Ma’ruf Khozin, dalam sebuah poster yang memuat hadis ‘istri pemaaf, meski dizalimi’. Sebuah doktrin berkedok patriarki kerap kali menjadi senjata andalan para suami yang merasa superior, seksis, diskriminatif dengan membawa-bawa agama.
Disebutkan bahwa istri salihah ialah mereka yang meminta maaf lebih dulu kepada suaminya. Ternyata, hadis tersebut dipotong oleh oknum penyebar poster hadis.
Agaknya potong-memotong ayat atau hadis untuk melancarkan tujuan individu tertentu ini mulai dinormalkan oleh sebagian golongan. Disamping kurangnya pengetahuan soal hadis dan kelatahan sebagian umat Muslim, pembenaran semacam ini dapat menciderai makna yang sebenarnya.
Demikian halnya poster-poster yang menyebutkan bahwa istri-istri salihah ialah memiliki ciri tertentu. Di mana pada praktiknya banyak ketidakadilan dan ketidakseimbangannya.
Sebab hadis yang sahih pastilah adil dan seimbang. Sudah barang tentu hadis-hadis yang dipotong dan dimanfaatkan beberapa suami untuk mencapai makna dan tujuan yang tidak tepat ini, mesti dihentikan.
Lelaki Terbaik Sebelum Wanita Terbaik
Menurut hadis yang dipotong dalam makna “istri salihah meminta maaf lebih dahulu kepada suaminya ini ialah sebagai berikut: Nabi Saw bersabda, “Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?”
Mereka menjawab :”Tentu saja, wahai Rasulullah!” Kemudian Nabi Saw menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan burutk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” (HR. Ath-Thabarani)
Menanggapi hal itu, KH. Ma’ruf Khozin menjelaskan bahwa Nabi Saw memang menjelaskan wanita terbaik atau istri salihah di dalam hadis. Namun, menurut beliau, sebelum Nabi menjelaskan wanita terbaik ternyata Nabi mendahulukan lelaki yang terbaik.
ﺃﻻ ﺃﺧﺒﺮﻛﻢ ﺑﺮﺟﺎﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺠﻨﺔ؟ اﻟﻨﺒﻲ ﻓﻲ اﻟﺠﻨﺔ ﻭاﻟﺸﻬﻴﺪ ﻓﻲ اﻟﺠﻨﺔ ﻭاﻟﺼﺪﻳﻖ ﻓﻲ اﻟﺠﻨﺔ
“Maukah aku kabarkan lelaki terbaik di antara kalian yang ahli surga? Nabi berada di surga. Orang mati syahid di surga. Orang Siddiq di surga.” (HR Thabrani)
“Pada kalimat Siddiq ini saya cari penjelasannya. Syekh Abdurrauf Al-Munawi menjelaskan ﺑﺎﻟﺘﺸﺪﻳﺪ ﺻﻴﻐﺔ ﻣﺒﺎﻟﻐﺔ ﺃﻱ اﻟﻜﺜﻴﺮ اﻟﺼﺪﻕ ﻭاﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﻟﻠﺸﺎﺭﻉ. Siddiq adalah sighat mubalaghah, yakni laki-laki yang banyak jujurnya dan selalu membenarkan pada Syariat (Faidh Al-Qadir),” papar Ketua Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur.
“Di sinilah saya merasa tereliminasi karena masih sering bohong dan banyak ajaran Islam yang belum bisa saya amalkan. Saya yakin juga masih banyak para suami yang belum memenuhi kewajibannya kepada istri dan banyak hak-hak istri yang dizalimi,” tandasnya.