Gusdurian Kerja Membangun Peradaban dan Menghidupkan Kembali Gus Dur

 Gusdurian Kerja Membangun Peradaban dan Menghidupkan Kembali Gus Dur

Analogi Gus Dur Soal Negara dan Agama (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Desember diperingati sebagai bulan Gus Dur. Bulan ini merupakan bulan meninggalnya Gus Dur, tepat pada 30 Desember 2009 lalu sekaligus haul Gus Dur. Bersama Jaringan Gusdurian, keluarga yakni istri dan anak-anak Gus Dur menyelenggarakan acara Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2020.

Shinta Nuriyah Wahid, istri Alm. Gus Dur atau Abdurahman Wahid, turut merasa bangga atas kerja keras para Gusdurian yang selalu semangat dalam melakukan kerja-kerja kemanusiaan. Apalagi baginya, Tunas merupakan bagian dari kerja kebudayaan untuk membangun peradaban.

“Saya merasa bangga, ditengah himpitan suasana pandemic, para aktivis Gusdurian tetap menjalankan kerja kebudayaan. Suatu kerja yang tidak hanya menguras tenaga dan fikiran, tetapi memerlukan komitmen dan pengorbanan. Ini merupakan sesuatu yang sangat membanggakan,” ujarnya dalam sambutan penutupan Tunas Gusdurian 2020, Rabu (16/12/2020).

“Gusdur pernah bilang, bahwa Kerja kebudayaan seperti berjalan di jalan terjal, licin dan sunyi. Selain perlu kewaspadaan, agar tidak mudah tergelincir dibutuhkan kekuatan fisik dan mental agar tidak mudah jatuh dan tidak mudah patah. Oleh karena itu, hanya orang yang memiliki stamina tinggi, dan  komitmen atau tekad yang kuat yang bisa bertahan di jalan ini. Apalagi dalam suasana seperti sekarang ini seperti budaya sekarang ini, budaya pragmatisme dan instan ini begitu kuat mempengaruhi masyarakat,” imbuhnya.

Menjaga Pemikiran dan Gagasan Gus Dur

Menurutnya, para Gusdurian adalah orang kuat berkarakter dan memiliki komitmen tinggi karena memilih jalan yang dhihindari oleh banyak orang. Inilah yang membuatnya bangga pada aktivis Gusdurian. Sebab dengan demikian perjuangan dan gagasan Gus Dur tidak hilang meski Gus Dur telah berpulang.

“Apa yang dilakukan aktivis Gusdurian melalui Temu Nasional ini adalah bukti gagasan dan bukti bahwa Gus Dur masih hidup. Kebahagiaan ini bukan karena terjaganya eksistensi Gus Dur, lebih dari itu karena bagi kami gagasan dan perjuangan adalah cerminan nilai dan harkat kemanusiaan,” jelas Hj Shinta Nuriyah Wahid.

Jika gagasan terus hidup, berarti perjuangan kepada kemanusiaan terus eksis. Apa yang dilakukan aktivis Gusdurian, membuktikan eksistensi perjuangan dan pemikiran gusdur tidak hanya ada berada pada kubu teks, tetapi pada hidup yang nyata.

Sesuai dengan harapan Hj Shinta Nuriyah Wahid, semoga pertemuan nasional berhasil merumuskan sesuatu yang bermanfaat bagi umat, khususnya Gusdurian. Berkah bagi siapa saja sehingga bisa menjadi suluh dan menerangi  yang hampir punah akibat kehidupan.

“Saya berdoa, agar aktivis Gudsurian tetap diberi ketabahan dan kekuatan dalam memperjuangkan nilai-nilai Gus Dur, tetap sehat untuk menjalankan kegiatan yang bermanfaat untuk sesama,” pungkasnya.

 

Muallifah

Mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada, Penulis lepas

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *