Gus Yasin: Berdasarkan Riset Remaja Rentan Terpapar Paham Radikalisme

 Gus Yasin: Berdasarkan Riset Remaja Rentan Terpapar Paham Radikalisme

Gus Yasin menjelaskan bahwa berdasarkan riset para remaja sangat rentan terpapar paham radikalisme di masyarakat.

HIDAYATUNA.COM, Pemalang – Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Taj Yasin Maimoen memaparkan, berdasarkan hasil riset mengenai intoleransi di kalangan remaja dari The Wahid Institute pada 2015 dan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), remaja rentan terpapar virus Intoleransi dan radikalisme.

“Pada 2015 dari 306 siswa, sebanyak 27 persen menyatakan tidak setuju mengucapkan hari raya kepada umat agama lain. Sebanyak 28 persen ragu-ragu dan sisanya setuju. Kemudian, sebanyak 15 persen setuju dan 27 persen ragu-ragu saat ditanya soal membalas tindakan perusakan rumah ibadah agama lain,” ungkapnya dilansir dari situs resmi Humas Pemprov Jateng, Rabu (11/3/2020).

Riset LaKIP, kata Wagub Jateng, menunjukkan pandangan intoleransi menguat di lingkungan guru Pendidikan Agama Islam dan pelajar. Ini dibuktikan antara lain dengan dukungan mereka terhadap tindakan pengrusakan dan penyegelan rumah ibadah.

Ia menambahkab bahwa banyak ulama yang memberikan contoh baik karena moderasi. Dia menilai, moderasi tidak bermakna agama yang dikembangkan. Tetapi, agama itu dipraktikkan.

“Kami harus mengembalikan agama. Artinya, memahamkan diri kepada agama secara utuh dan dipraktikkan, dijalankan,” ucap kata pria yang akrab disapa Gus Yasin ini.

Apabila menemui kendala, kata dia, bisa menilik kembali mazhab yang diajarkan. Gus Yasin mengatakan, meskipun di Indonesia umat Islam banyak menganut mazhab imam syafi’i, tetapi mereka juga diperkenalkan mazhab lain.

“Dalam Islam kami kenal bahwa fanatik terhadap sebuah pendapat itu dilarang agama, kecuali fanatik pada akidah. Dan dalam akidah, Rasulullah pun sudah diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan kepada kita, lakum diinikum waliyadin,” ujarnya.

Apabila hal tersebut sudah berjalan, lanjutnya, kejadian intoleransi di sebuah sekolah di Sragen dan perundungan di Purworejo, tidak akan terjadi.

“Guru-guru Pendidikan Agama Islam perlu dibimbing dan diarahkan para ulama, agar tidak menjadi contoh bagi muridnya untuk melakukan intoleransi yang berujung pada radikalisme,” tandas Gus Yasin. (AS/Hidayatuna.com)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *