Gus Ulil Sebut Penerimaan Islam pada Demokrasi Sangat Tinggi
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Asumsi Barat perihal Islam dianggap tidak bisa sejalan dengan demokrasi mendapat tanggapan dari cendekiawan muslim, Ulil Abshar Abdalla atau yang akrab di sapa Gus Ulil.
Secara tegas, Gus Ulil mengatakan bahwa penerimaan Islam terhadap demokrasi sangatlah tinggi. Hal ini, lanjut dia, dapat dilihat di Indonesia.
Dimana, antara Islam dan demokrasi berjalan bersamaan. Untuk itu dirinya terkadang merasa jengkel dengan anggapan Barat yang mempertentangkan Islam dengan demokrasi.
Menurut dia, anggapan itu tidak berdasar dan cenderung ingin mendiskreditkan keberadaan Islam itu sendiri.
“Pertanyaan yang menjengkelkan sebenarnya selama ini yang diungkapkan oleh media Barat atau Pandit di Barat itu, selalu pertanyaan yang juga mengandung semacam tuduhan ya bahwa Islam tidak kompatibel dengan demokrasi,” ujar Gus Ulil dalam diskusi virtual bertajuk Nasib Demokrasi di Masa Pandemi, dikutip Rabu (18/11/2020).
Apa bukti Islam dan demokrasi itu sejalan? Gus Ulil memberikan contoh kasus di Indonesia.
Menurut Gus Ulil, dalam kasus di Indonesia, penerimaan Islam terhadap demokrasi sangatlah tinggi.
“Indonesia dengan pengalaman reformasinya, menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi itu bisa coexist,” ujarnya.
Dalam kasus penerimaan Islam terhadap demokrasi ini sebenarnya tidak hanya di Indonesia, melainkan juga terjadi di negara-negara dengan mayoritas muslim lainnya.
“Keseimbangan antara Islam dan Demokrasi ternyata juga ditunjukkan oleh kelompok Islam yang selama ini dianggap membenci demokrasi,” jelasnya.
Misalnya lanjut dia, kelompok Ikhwanul Muslimin dan kelompok yang terafiliasi dengan gerakan tersebut di mana-mana. Itu sebenarnya mereka partisipan yang aktif di banyak negara di dalam demokrasi.
Salah satu contoh tokoh Tunisia yang menjadi inspirasi dari Gerakan Ikhwanul Muslimin, kata dia, adalah Rachid Ghannouchi. Menurut Gus Ulil, Rachid telah menunjukkan bagaimana kelompok Ikhwanul Muslimin menerima demokrasi.