Gus Reza: Tangkal Berita Hoax Melalui 3 T dan Budayakan Kitab Kuning

 Gus Reza: Tangkal Berita Hoax Melalui 3 T dan Budayakan Kitab Kuning

HIDAYATUNA.COM, Kediri – Pengasuh Pondok Pesantren Al Mahrusiyah Lirboyo, Kediri, Gus Reza Ahmad Zahid dalam ceramahnya yang luwes dan jekana meyampaikan bahwa taktik jitu menangkal hoaks dengan cara-cara yang telah diajarkan Islam

“Taktik yang dapat diketengahkan untuk berhadapan dengan hoaks secara islami ialah dengan 3 T. Pertama, Tabayun,” katanya seperti yang diterima HIDAYATUNA.COM dari laman WartaBatavia.com, Jumat (01/11/2019).

Selain itu, menurutnya, jika ada orang fasik yang menyebarkan berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka hal itu telah diharuskan oleh Allah untuk ‘fatabayyanu’, melaksanakan klarifikasi untuk mengecek dan memastikan benar dan tidaknya.

“Jangan sampai kita memperoleh berita hoaks menghukumi perkara dari berita tersebut. Fatabayyanu qobla an-tahkumu; tabayunlah Anda semua sebelum menghukumi segala perkara,” jelasnya.

Di sisi lain ia bahkan nenyesalkan adanya kecenderungan warga lebih percaya berita hoaks daripada dawuh para kyai. Ini yang membikin lunturnya budaya kepada perlunya menyandarkan saban perkara pada Kitab Kuning.

Kecenderungan warga untuk lebih percaya kepada berita hoaks daripada dawuh para kyai, lanjutnya, salah satunya adalah dipicu oleh lunturnya budaya mereka dalam menyandarkan saban masalah pada kitab kuning.

“Ajaran di kitab kuning terang menganjurkan manusia untuk tidak berbohong, tidak mempercayai berita bohong dan tabayyun kepada berita yang diragukan kebenarannya. Jangan pernah percaya pada berita yang nilainya tidak menyandarkan pada spirit kitab kuning,” tegasnya.

Kejayaan Islam tidak terlepas dari budaya menyandarkan saban masalah pada kitab kuning. Bahkan, Qonun Asasi Mbah Hasyim Asy’ari, kitab Risalah karya Mbah Hasyim, substansinya disandarkan pada kitab kuning. Beliau menetapkan bahwa Soekarno itu ialah waliyul amri bisy-syauka, sepenuhnya berdasar kitab kuning.

“Menetapkan Pancasila, menetapkan NU, sepenuhnya berdasar kitab kuning. Sekarang, banyak keputusan yang ditetapkan tanpa memperhatikan nilai-nilai yang bersumber dari kitab kuning,” urainya.

Kitab kuning, lebih lanjut, ialah identitas Nahdlatul Ulama yang mesti dirawat dan dikembangkan jadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan nahdliyin. Kendati sedemikian, ia menyesalkan bahwa masih Ada pengurus NU yang belum paham kitab kuning, lebih mengedepankan kitab putih (buku) daripada kitab warisan ulama shaleh itu. Ini mesti dibenahi.

“Kembalikan segala sesuatunya pada kitab kuning. Rahasia NU dapat makin maju sampai sekarang sebab semuanya berasal dari kitab kuning. Berpeganglah Anda semua pada kitab-kitab kuning karya ulama salaf,” ungkapnya.

Taktik yang ke-2 ialah Tasyawir. Usai melaksanakan Tabayun kepada berita hoaks yang tidak dipertanggungjawabkan, maka dilanjutkan dengan musyawarah.

“Apa maksudnya berita ini? Betulkah? Kita wajib bagaimana menyikapinya? Keputusan 2 orang lebih bagus daripada 1 orang. Keputusan 3 orang lebih bagus dari 2 orang. Begitu seterusnya. Terakhir, taktik yang ketiga ialah Tawasow, saling mengajak ke kebaikan dan kesabaran. Apa yang kita lakukan mesti berdasar pada yang haq dan betul-betul berlandaskan kesabaran. 3 T wajib kita lakukan dalam berhadapan dengan berita hoaks: Tabayun, Tasyawir, dan Tawasow,” pungkasnya.

sumber: WartaBatavia.com
judul asli: Gus Reza Ajak Warga Kembali ke Kitab Kuning Agar Tidak Mudah Terpengaruh Hoax
sumber foto: Gus Reza: Tangkal Berita Hoax Melalui 3 T dan Budayakan Kitab Kuning

HIDAYATUNA.COM, Kediri – Pengasuh Pondok Pesantren Al Mahrusiyah Lirboyo, Kediri, Gus Reza Ahmad Zahid dalam ceramahnya yang luwes dan jekana meyampaikan bahwa taktik jitu menangkal hoaks dengan cara-cara yang telah diajarkan Islam

“Taktik yang dapat diketengahkan untuk berhadapan dengan hoaks secara islami ialah dengan 3 T. Pertama, Tabayun,” katanya seperti yang diterima HIDAYATUNA.COM dari laman WartaBatavia.com, Jumat (01/11/2019).

Selain itu, menurutnya, jika ada orang fasik yang menyebarkan berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka hal itu telah diharuskan oleh Allah untuk ‘fatabayyanu’, melaksanakan klarifikasi untuk mengecek dan memastikan benar dan tidaknya.

“Jangan sampai kita memperoleh berita hoaks menghukumi perkara dari berita tersebut. Fatabayyanu qobla an-tahkumu; tabayunlah Anda semua sebelum menghukumi segala perkara,” jelasnya.

Di sisi lain ia bahkan nenyesalkan adanya kecenderungan warga lebih percaya berita hoaks daripada dawuh para kyai. Ini yang membikin lunturnya budaya kepada perlunya menyandarkan saban perkara pada Kitab Kuning.

Kecenderungan warga untuk lebih percaya kepada berita hoaks daripada dawuh para kyai, lanjutnya, salah satunya adalah dipicu oleh lunturnya budaya mereka dalam menyandarkan saban masalah pada kitab kuning.

“Ajaran di kitab kuning terang menganjurkan manusia untuk tidak berbohong, tidak mempercayai berita bohong dan tabayyun kepada berita yang diragukan kebenarannya. Jangan pernah percaya pada berita yang nilainya tidak menyandarkan pada spirit kitab kuning,” tegasnya.

Kejayaan Islam tidak terlepas dari budaya menyandarkan saban masalah pada kitab kuning. Bahkan, Qonun Asasi Mbah Hasyim Asy’ari, kitab Risalah karya Mbah Hasyim, substansinya disandarkan pada kitab kuning. Beliau menetapkan bahwa Soekarno itu ialah waliyul amri bisy-syauka, sepenuhnya berdasar kitab kuning.

“Menetapkan Pancasila, menetapkan NU, sepenuhnya berdasar kitab kuning. Sekarang, banyak keputusan yang ditetapkan tanpa memperhatikan nilai-nilai yang bersumber dari kitab kuning,” urainya.

Kitab kuning, lebih lanjut, ialah identitas Nahdlatul Ulama yang mesti dirawat dan dikembangkan jadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan nahdliyin. Kendati sedemikian, ia menyesalkan bahwa masih Ada pengurus NU yang belum paham kitab kuning, lebih mengedepankan kitab putih (buku) daripada kitab warisan ulama shaleh itu. Ini mesti dibenahi.

“Kembalikan segala sesuatunya pada kitab kuning. Rahasia NU dapat makin maju sampai sekarang sebab semuanya berasal dari kitab kuning. Berpeganglah Anda semua pada kitab-kitab kuning karya ulama salaf,” ungkapnya.

Taktik yang ke-2 ialah Tasyawir. Usai melaksanakan Tabayun kepada berita hoaks yang tidak dipertanggungjawabkan, maka dilanjutkan dengan musyawarah.

“Apa maksudnya berita ini? Betulkah? Kita wajib bagaimana menyikapinya? Keputusan 2 orang lebih bagus daripada 1 orang. Keputusan 3 orang lebih bagus dari 2 orang. Begitu seterusnya. Terakhir, taktik yang ketiga ialah Tawasow, saling mengajak ke kebaikan dan kesabaran. Apa yang kita lakukan mesti berdasar pada yang haq dan betul-betul berlandaskan kesabaran. 3 T wajib kita lakukan dalam berhadapan dengan berita hoaks: Tabayun, Tasyawir, dan Tawasow,” pungkasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *