Gus Dur, Role Model Menghadapi Problematika Bangsa

 Gus Dur, Role Model Menghadapi Problematika Bangsa

Gus Dur (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Fenomena yang terjadi di Negara kita belakangan ini mengingatkan kembali ada yang salah terhadap tata kelola bangsa. Tidak henti-hentinya memberikan kejutan yang sangat buruk kepada masyarakat, salahsatunya banyaknya korupsi.

Korupsi ditengah pandemi oleh Kementerian Sosial, ditambah dengan dana korupsi yang ternyata diambil dari bantuan Covid-19. Rasanya bukan main melihat betapa mirisnya pemimpin kita pada saat ini. Terutama dalam memaknai sebuah tanggung jawab dan amanah yang tidak tepat.

Hal ini membawa ingatan kita pada Gus Dur, dimana masa silam pernah membubarkan Departemen Sosial di bawah kepemimpinannya saat itu. Meski demikian, usaha Gus Dur nyatanya sia-sia.

Mengingat ketika kepemimpinan Megawati, Kementerian Sosial didirikan lagi. Sepertinya tidak lama lagi kita akan kembali ke masa silam. Dimana kebijakan Gus Dur selalu memberikan hal yang relevan dengan berbagai kondisi.

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid menegaskan dalam orasi kebangsaan saat pembukaan Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2020 secara virtual, pada Senin (7/12) malam. Bertema “Menggerakkan Masyarakat Memperkuat Indonesia” ini disiarkan langsung melalui Facebook KH Abdurrahman Wahid.

Menapaki Jejak Perjuangan Gus Dur

“Kita tidak pernah sempat melupakan beliau karena setiap kali ada perjalanan bangsa ini, sering teringat lagi kepada beliau. Apalagi kita adalah, murid-muridnya, orang-orang yang mendaku penerus perjuangan Gus Dur,” tegasnya.

“Malam ini sangat istimewa untuk orang-orang yang mendaku, mengikuti, dan menapaki jejak perjuangan Gus Dur ini. Dua setengah tahun lalu kita berkumpul, dan keinginan untuk kembali berkumpul seperti dulu sangat kuat. Saya memahami itu,” kata Alissa.

Ia mengaku tahu persis bahwa para penggerak Gusdurian di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Jaringan Gusdurian. Terlebih soal finansial atau jabatan yang membuat orang menjadi lebih terpandang.

“Jaringan Gusdurian tidak bisa memberikan jabatan yang membuat kita menjadi orang lebih terpandang dan harus berpenampilan parlente. Jaringan Gusdurian tidak bisa memberikan kekuasaan dan akses. Saya paham betul teman-teman menyadari ini,” ujarnya.

Menurutnya, momen Tunas Gusdurian ini merupakan pertemuan yang sangat ditunggu-tunggu karena mampu menambang semangat, cinta, dan pemahaman baru atas berbagai hal. Tunas Gusdurian juga mampu memperkuat, merevitalisasi, dan menyegarkan kembali semangat perjuangan Gusdurian.

“Saya paham dan mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang pada malam hari ini akhirnya pertemuan kita saat ini hanya bisa dilakukan secara daring. Belum saatnya kita untuk berkumpul bersama. Ini adalah cara baru untuk berkumpul,” ungkap putri sulung Gus Dur ini.

Role Model dari Gus Dur Hidup di Jaringan Gusdurian

Suku bangsa Gusdurian Dalam orasinya, Alissa mengutip ungkapan salah seorang pakar fenomenologi bahwa di masa teknologi informasi dan globalisasi seperti sekarang ini, etnis di dunia sudah tak lagi bisa diidentifikasi dari lokasi geografis tempat tinggal atau dari aliran darah yang dimiliki.

“Tetapi dari denyut ideologi dan dari kesamaan minat. Di masa sekarang, orang Jawa bisa kita temukan di Nigeria. Orang Arab bisa kita temukan di Puncak. Orang Eskimo bisa saja kita temukan di Yogyakarta. Orang Batak bisa kita temukan di Selandia Baru atau di Tanjung Harapan, atau di mana pun. Karena dunia sudah menjadi sangat global,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Alissa, suku tidak lagi terbentuk dari kesamaan darah, nasab, dan lokasi. Namun suku baru di zaman ini dibentuk oleh kesamaan ideologi, nilai-nilai, dan kesamaan minat.

Selama sepuluh tahun ini para Gusdurian dari seluruh penjuru mata angin telah membuktikan diri yang solid dan sinergis. Suku yang tak letih untuk berjuang untuk idealismenya. “Mungkin suatu ketika nanti, kita juga akan bisa menjadi bangsa,” pungkasnya.

Momen Tunas Gusdurian 2020 tidak lain sebagai alarm bagi kita untuk meneladani berbagai hal yang ditinggalkan oleh Gus Dur. Apalagi mengingat bangsa ini yang semakin sakit. Pemimpin yang belum mampu menjadi teladan bagi kita semua.

Muallifah

Mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada, Penulis lepas

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *