Gus Baha: Tertawa Kencang Juga Ibadah

 Gus Baha: Tertawa Kencang Juga Ibadah

Ijazah Gus Baha agar menjadi orang yang berwibawa (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Gus Baha selalu menghadirkan wawasan-wawasan Islam yang segar dalam kajiannya. Meski bukanlah sesuatu yang baru untuk diketahui, namun ulama kharismatik itu piawai menyajikan ceramahnya dengan menarik.

Misalnya saja ketika dalam kajiannya di Majelis Tahlil Virtual Alm KH Atabik Ali, belum lama ini. Gus Baha mengatakan bahwa tertawa kencang juga ibadah.

Gus Baha menuturkan bahwa KH Atabik Ali menjadikan guyon sebagai fiqih. “Saya baru belajar, dan di antara yang saya dokumentasi adalah di kitab Tanbihul Mukhtarin. Karangan Imam Sya’rani yang dinukil Syekh Nawawi dalam kitab Syarah Sulam Taufiq,” ungkap Gus Baha dikutip Sindonews dari nu.or.id.

“Termasuk suu-il khuluq (akhlak yang buruk) itu adalah, seorang tokoh atau seorang (dari) kita masuk ke keluarga, anak – istri kita sedang guyon, asyik, karena kita masuk, terus mereka tidak guyon. Karena senang itu mahal. Farah itu mahal,” lanjut Gus Baha.

Gus Baha menjelaskan, bergembira menjadi perintah khusus dalam Alquran.

Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ, huwa khairum mimmā yajma’ụn.

Artinya: “Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

“Senang itu diperintahkan Tuhan. Ekspresi senang paling gampang ya guyon itu,” imbuh Gus Baha.

Melalui ingatan masa kecilnya, Gus Baha melanjutkan saat itu ia diajak sowan Kiai Hamid Baidlowi. Di sana, diceritakan ulama yang dekat dengan Mbah Maimoen Zubair ini, ada Mbah Ali Maksum yang ceramahnya juga dengan guyon.

“Setahu saya orang salih-salih juga guyon terus. Itu bukan guyon – mohon maaf – arogan, tidak. Tapi supaya farah bi-a’laillah wa bina’ma’i. Supaya senang (bahwa) di dunia itu masih banyak nikmatnya daripada masalahnya,” bebernya.

Gus Baha pun berpesan, terutama kepada keluarga KH Attabi’ Ali serta seluruh umat Islam untuk tetap senang.

“Bahwa KH Atabik Ali senang guyon itu bukan hal yang adat, tetapi ibadah dan ada ilmunya,” pungkasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *