Gus Baha Jelaskan Pentingnya Belajar Puasa dari Ulama Terdahulu
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan pentingnya belajar puasa dan ibadah lainnya dari para ulama terdahulu.
Menurut Gus Baha, niat dan cara pandang orang terdahuku dalam menjalankan puasa penting untuk diketahui orang sekarang. Oleh karena itu, setiap bulan puasa ia selalu mengajarkan kitab-kitab lawas karangan ulama pendahulu.
Tujuannya apa? Tak lain adalah untuk tahu dan mengerti terkait niat para ulama atau kiai terdahulu dalam dalam melaksanakan ibadah puasa.
“Pentingnya belajar kitab dan membacakannya pada masyarakat. Supaya tahu terkait cara niatnya orang-orang terdahulu ketika puasa atau cara pandang orang terdahulu terkait puasa,” kata Gus Baha. Hal itu diungkap dalam video yang diunggah kanal YouTube Najwa Shibab pada Rabu 13 April 2021.
Gus Baha mengkisahkan sejumlah ijazah yang diterimanya dari para guru-gurnya. Dari ijazah itu, ia menyadari bahwa ada begitu banyak hal penting yang layak ambil sebagai pelajaran dari cara beribadah para ulama–ulama terdahulu.
“Di antara ijazah Mbah Maimun Zubair, guru kami dan juga ijazah bapak saya masih ingat ihdinas siraṭal-mustaqim, Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim. Jadi kita tidak bisa sholeh tanpa meniru orang-orang dulu,” tambahnya.
Meniru Cara Pandang Ulama
Menurut Gus Baha, seseorang tidak bisa baik tanpa meniru orang-orang terdahulu. Sebab di ayat itu, Allah menyebutkan jalan yang benar di situ merujuk kepada jalannya mereka yang telah engkau beri nikmat.
Gus Baha menambahkan, setelah membaca bacaan Ramadhan versi ulama–ulama terdahulu. Maka akan diketahui cara pandang mengenai Ramadhan secara benar dengan meniru mereka.
Salah contohnya, menurut Gus Baha, paling tidak kita dengan puasa bisa merasa lapar. Setelah itu mulai merasakan betapa sakitnya orang- orang miskin yang lapar sementara kita sering menyepelekan hal itu.
“Di bulan Ramadhan kita sering menyepelekan makanan. Namun di bulan Ramadhan makanan menjadi spesial semua bahkan air putih saja menjadi spesial,” tuturnya.
Menurut Gus Baha, itulah salah satu kehebatan Rasullulah ketika Ramadhan dengan hal yang lumrah dan wajar. Sebab Nabi membayangkan manusia itu apa pun hebatnya ternyata kebutuhan yang pokok, ya, makan itu.
“Dari sini makanan itu menjadi di hormati hingga munculah rasa syukur terhadap yang memberikan rezeki,” jelasnya.