Gus Baha: Isra’ Mi’raj Tidak Hanya Peristiwa Rohani Tapi Juga Intelektual
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Ulama kharismatik asal Rembang Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau dikenal Gus Baha menjelaskan bahwa peristiwa isra’ mi’raj yang dialami Nabi Muhammad bukan hanya sebatas sebagai peristiwa rohani melainkan juga peristiwa intelektual.
“Peristiwa isra itu satu peristiwa rohani. Selain peristiwa rohani yang nanti akan diwajibkan sholat, juga ada peristiwa intelektual,” kata Gus Baha dalam sebuah video ngajinya yang diunggah akun Youtube, Kalam – Ngaji Bareng dikutip Kamis (11/3/2021).
Disebut sebagai peristiwa intelektual, sebab lanjut Gus Baha, di dalam isra’-nya Nabi Muhammad ada pengajaran intelektual. “Bahwa semua nabi itu harus punya tradisi yang sama, punya karakter yang sama,” sambungnya.
Gus Baha mengungkapkan bahwa dalam proses peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad dipertemukan dengan Nabi Ibrahim, Nabi Isa dan nabi nabi yang lain. Dalam pertemuan itu ada perbincangan dan diskusi-diskusi yang berlangsung.
“Ini penting saya terangkan, karena kalau tanpa tradisi yang berkelanjutan, yang disebut dalam toriqoh ada istilah sanad almu’tabar atau di dalam pondok pondok kitab disebut sanad yang muttasil, ini nanti semua tradisi kenabian akan melenceng. Kalau melenceng itu ngeri,” jelasnya.
“Karena setiap orang punya subyektifitas atau punya versinya masing masing. Sehingga semua nabi ya harus punya model, kalau dalam istilah politik itu harus punya platform yang sama. Punya karakter yang sama. Punya model yang sama,” sambungnya.
Nah hal seperti itu, secara intelektual, Nabi Muhammadi telah dikenalkan dengan karakter para nabi-nabi terdahulu. “Loh deket. Satu al-Qur’an, tiga puluh jus. Andaikan Anda hafal Qur’an, sampean merunut sejarahnya, kita mengenal sejarah nabi-nabi lewat al-Qur’an,” ujar Gus Baha.
“Supaya apa? Supaya Nabi Muhammadi dibimbing bahwa Qur’an atau ajaran beliau benar-benar ‘musoddikollima baina yadaihi’. Yakni benar benar selaras dengan ajaran sebelumnya. Mulai dari ajaran yang bersifat samawi sampai hal hal yang basyariah, atau yang menyangkut basyariah,” tandasnya.