Gus Baha Bagikan Cara Mengelola Emosi

 Gus Baha Bagikan Cara Mengelola Emosi

Ijazah Gus Baha agar menjadi orang yang berwibawa (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Setiap manusia memiliki emosi, namun emosi tersebut harus dikelola dengan baik. Lantas bagaimana cara mengelola emosi tersebut?

Ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab dikenal Gus Baha membagikan bagaimana cara mengelola emosi dalam diri manusia secara baik dan benar.

Ia mewanti-wanti kepada jamaah ngajinya agar jangan sampai keburukan dan kesumpekkan seseorang justru mengganggu orang lain.

Hal itu disampaikan oleh pria yang menjabat sebagai Rais Syuriah PBNU Pesan tersebut dalam ngaji bersama smart santri Banyuwangi baru baru ini, Rabu, 23 Juni 2021.

“Islam menyarankan uzlah (menyepi) saat penat, bawaan emosi, sebaiknya jangan jalan-jalan di lingkungan manusia. Karena ajaran Islam itu harus tersenyum, atau wajahnya ceria,” kata Gus Baha dilansir dari NU Online, Kamis (24/6/2021).

Dirinya kemudian mengutip dari kitab yang sangat otoritatif yaitu Kitab Shohih Muslim. Kitab ini menjadi pegangan Ulama seluruh dunia dan ulama Ahlussunah wal Jama’ah. Masuk dalam kitab enam dari hadis yang utama.

Kearifan Rasulullah

Lebih spesifik, Gus Baha mengutip dari bab Iman dengan judul Bayani kauni iman Billah, afdolul iman. “Di sana, ada pesan Nabi, kamu dalam ber-Islam cukup menjaga supaya kejelekan kamu tidak punya dampak kepada orang lain,” jelasnya.

Kejelekan di sini lanjut Gus Baha bisa bermaksud seperti kriminal, pidana merugikan orang atau kegiatan tidak kriminal tapi bisa merugikan orang lain.

Gus Baha mencontohkan, saat mengalami sumpek atau galau kita tidak perlu main ke teman atau menemui seseorang yang sedang kerja, cari nafkah, ngaji dan menyebabkan dia dimarahi. Itu tidak boleh.

“Karena keburukan kita punya akibat pada orang lain,” jelasnya.

Gus Baha menjelaskan ada saat ketika seorang itu ketemu orang, hawanya ingin ngomong tidak enak dan emosional. Ini baiknya uzlah saja. Mengurung diri di kamar, atau isolasi sendiri. Ini kearifan Rasulullah.

“Namun, karena sedang ada masalah keluarga dan memikirkan kredit atau utang. Sehingga bawaannya emosi, jika dalam keadaan begini maka baiknya menutup diri atau uzlah. Kata Rasulullah, di zaman akhir salah satu kebaikan itu yaitu meninggalkan manusia agar tidak terkena keburukan kamu,” ungkapnya.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *