Gus Baha: Ambisi Menikahi Seseorang, Tinggalkan Duniawi
HIDAYATUNA.COM – Menikah menjadi idaman bagi sebagian besar orang sebab dengan menikah dapat menyempurnakan separuh dari agama kita. Meski demikian, niat baik untuk menikah tak selamanya berjalan mulus bak jalan tol.
Ada saja kendala dan ujian yang menghadang di depan, jika tidak kuat berpegang pada iman tentu akan kalah. Oleh sebab itu sebelum menikah kita mesti memantapkan hati, meluruskan niat dan memohon doa restu orangtua.
Menikah juga bergantung pada johan alias jodoh di tangan Tuhan, Allah SWT. Terkadang ada yang sudah saling mengenal lama namun ternyata tidak berjodoh.
Ada juga yang baru beberapa bulan atau tahun saja tapi lancar-lancar saja menuju pelaminan. Begitulah lika-liku menuju impian menikah yang bahkan kerap diagung-agungkan beberapa golongan.
Sejatinya menikah adalah jalan untuk beribadah kepada-Nya dengan lebih khusyuk. Menikah hanya sebagai media untuk kita tetap menghamba kepada Allah Ta’ala.
Gus Baha menuturkan sebuah kisah tentang ambisi menikah seseorang. Ambisi itu sah-sah saja, asalkan mengikuti syariat yang ditetapkan Allah SWT.
Suatu ketika, seorang pemuda berambisi menikahi wanita pujaannya. Ambisinya itu tercapai, setelah ia meninggalkan semua yang menjadi larangan Gusti Allah Ta’ala. Begini kisahnya.
“Wahai Raja’, sesungguhnya saya ini punya jiwa yang ambisius. Jikaku pernah sangat menginginkan Fatimah binti Abdul Malik dan saya berhasil menikahinya. Saya pernah berambisi menjadi pejabat dan berhasil mencapainya. Saya juga pernah berambisi menjadi khalifah dan itu telah terlaksana. Sekarang jiwaku sangat menginginkan surga maka saya berharap bisa meraihnya.”
Gus Baha melanjutkan, ketika seseorang ingin masuk surga maka sama seperti ketika ia berambisi menikah tadi. Termasuk dengan cara semua fasilitas duniawi ia harus tinggalkan.
Begitulah cara memperlakukan ambisi yang seharusnya, lebih-lebih untuk ambisi menikahi seseorang. Pun, untuk ambisi mengharapkan masuk surga, sebagaimana kisah yang disampaikan Gus Baha.