GUS ASY’ARI MELAWAN PKI DENGAN MUSIK GAMBUS
HIDAYATUNA.COM – Alkisah di tahun 60-an PKI Gencar melakukan perekrutan dan penyebaran ideologinya ke pelosok desa dengan berbagai macam cara, sementara kondisi masyarakat saat itu akan segera bisa berkumpul serempak ketika ada pertunjukan kesenian entah itu jaranan, ludruk, wayang, kentrung ataupun orkesan. Keadaan ini sangat dimanfaatkan oleh PKI dan kelompoknya, hal ini menjadi perhatian khusus Kiai Muhsin ayah dari Gus Asy’ari dari desa Dawuhan yang juga menjadi pengasuh pesantren Bustanul Muta’allimin.
Suatu malam Kiai Muhsin memanggil putranya untuk diajak rembuk tentang pergerakan PKI dan kondisi masyarakat yang dengan mudah berduyun-duyun mendatangi pertunjukan yang diadakan PKI. Tak disangka malam itu putranya mempunyai ide yang tidak diduga, gagasannya adalah membuat grup kesenian tandingan “Kesenian Musik Gambus” itulah idenya. Kiai Muhsin kaget begitu mendengar usulan Gus Asy’ari, bagaimana mungkin beliau akan merestui ide itu sementara beliau adalah pemangku pesantren.
Setelah melalu perdebatan Panjang dan Gus Asy’ari mampu menjelaskan latar belakang gagasannya Kiai Muhsin akhirnya merestui namun tetap disertai syarat munkarot harus dijauhi. Pada tahun 1961 Gus Asy’ari bersama Mujib dan Fatah asal Wlingi juga sahabat-sahabat di pesantrennya membuat grup gambus Al-Hilal guna menandingi gerakan grup kesenian bentukan PKI, dan Gus Asy’ari terpilih menjadi vokalisnya.
Perjalanan grup tidaklah berjalan lancar seperti bayangan Gus Asy’ari, rintangan dan cobaan baik fisik ataupun non-fisik mulai berdatangan, apalagi provokasi yang dilakukan PKI maklum apa yang dinyanyikan Al Hilal membikin telinga PKI meradang. Pernah suatu ketika mereka ditodong senjata oleh segerombolan pemuda karena dianggap menghalangi pergerakan kesenian PKI. Alhasil dengan perjuangan keras dakwah Kiai Asy’ari lewat Al-Hilal mulai tahun 1962 perlahan namun pasti mampu menguasai medan dan hasrat masyarakat.
Lantunan nada-nada dakwah terus mendapat sambutan antusias dari para penggemarnya. Ditunjang suara Gus Asy’ari yang terkenal merdu dan wajah nan tampan Gus Asy’ari pun mendapat sebutan panggung tersendiri, para penggemarnya memanggil dengan nama panggung Gus Ngari. Ketenaran Al-Hilal mencapai puncaknya mulai dirasakan pada tahun 1963.
Metode dakwah Gus Ngari saat itu memang jitu, di sela-sela grup menyanyikan lagu selalu disisipi dakwah ajaran-ajaran agama, meskipun sederhana tapi selalu dikenang dan dihafal masyarakat awam. Dimanapun Al-Hilal tampil masyarakat selalu berbondong-bondong membanjiri bahkan kala itu masyarakat ketika menyebut gambus pastilah Al-Hilal sebagai pembandingnya. Kalimat yang senantias diucapkan Gus Ngari sebelum mulai menyanyi adalah “LaailaahaIllallah” sambil mengajak pengunjung untuk mengikuti dan di penghujung sebelum pertunjukan bubar selalu ditutup dengan “Robbana Athina..” ternyata itulah kekhasan Al-Hilal yang tidak bisa dilupakan masyarakat.
Sumber : Tambakberas, Menelisik Sejarah Memetik Uswah – 2018