Gencatan Senjata di Libya Tunggu Tanda Tangan Komandan Militer Pemberontak

 Gencatan Senjata di Libya Tunggu Tanda Tangan Komandan Militer Pemberontak

HIDAYATUNA.COM – Pada hari Senin kemarin, pembicaraan di Rusia yang bertujuan menyepakati genjatan senjata tanpa syarat dan terbuka di Libya gagal mencapai kata sepakat, tetapi harapan atas kesepakatan itu masih tetap hidup ketika komandan militer pemberontak Khalifa Haftar meminta lebih banyak waktu untuk mengambil keputusannya. Kepala dari Government of National Accod (GNA) Libya yang didukung oleh PBB, Fayez al-Sarraj, telah menandatangani rancangan perjanjian gencatan senjata itu.

“Mereka (Haftar dan delegasinya) memiliki pandangan yang positif terhadap dokumen tersebut dan meminta waktu tambahan hingga pagi berikutnya (hari Selasa) untuk memutuskan,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Dia pun menambahkan bahwa ini adalah ‘perkembangan yang bagus’.

“Saya berharap mereka akan membuat keputusan yang positif. Perwakilan dari Rusia dan Turki akan terus menawarkan bantuan mereka,” lanjutnya.

Pada hari Selasa, pasukan Libya Timur yang berada di bawah komando Haftar dan yang selama ini telah berusaha untuk merebut ibukota Tripoli, mengunggah postingan di halaman resmi Facebook mereka bahwa mereka ‘siap dan bertekad’ untuk mencapai kemenangan.

Postingan tersebut tidak memberikan detail tambahan, tetapi situs web lain yang terhubung dengan pasukan pemberontak itu mengatakan bahwa Haftar tidak akan menandatangani perjanjian gencatan senjata tersebut.

Dalam pembicaraan tentang perjanjian gencatan senjata yang dilaksanakan di Moskow, Turki dan Rusia yang mendukung pihak berlawanan dalam konflik Libya, mendesak kedua fraksi untuk menandatangani gencatan senjata yang mengikat dan membuka jalan bagi penyelesaian damai di Libya.

Step Vaessen, seorang reporter dari Aljazeera yang melaporkan dari Moskow, mengatakan bahwa sangat penting perjanjian gencatan senjata itu ditandatangani di Moskow terlebih dahulu, sebelum konferensi internasional tentang Libya dimulai di ibukota Jerman, Berlin, pada akhir pekan ini.

Cover Shalawat Terbaru @hidayatunatv

Menurut PBB, sampai saat ini telah dilaporkan lebih dari 280 warga sipil dan sekitar 2.000 pejuang telah tewas dan 146.000 warga Libya telah mengungsi semenjak Haftar melancarkan serangannya untuk merebut ibukota Tripoli. Erdogan yang berbicara di samping Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte di Ankara, mengatakan bahwa ia akan menghadiri pertemuan puncak di Berlin bersama dengan Conte dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu nanti untuk membahas perkembangan di Libya.

“Secara khusus, saya berharap penandatanganan perjanjian gencatan senjata secara permanen bisa dilakukan dalam waktu dekat,” kata Erdogan dalam konferensi pers itu.

Pembicaraan di Moskow ini diadakan sehari setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia dan Turki mulai berlaku.

Libya telah dilanda kekacauan sejak pemimpin lamanya, Muammar Gaddafi, digulingkan dalam sebuah pemberontakan yang didukung oleh NATO pada tahun 2011. Negara yang kaya akan minyak itu telah terpecah antara dua saingan yang meng-administrasi daerahnya yang berbasis di timur dan barat negara itu, dalam sebuah konflik yang juga telah meningkatkan keterlibatan kekuatan asing. (Aljazeera.com)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *