Gencatan Senjata AS-Taliban Dimulai, Meningkatkan Harapan Terciptanya Kesepakatan Damai
Gencatan Senjata AS-Taliban Dimulai, Dinilai Bisa Segera Meningkatkan Harapan Terciptanya Kesepakatan Damai
HIDAYATUNA.COM – Pada hari Jumat kemarin, ‘pengurangan aksi kekerasan’ antara Taliban, Amerika Serikat (AS), dan pasukan keamanan Afghanistan, yang akan berjalan selama tujuh hari ke depan mulai diberlakukan di Afghanistan, sebuah gencatan senjata parsial yang akan meningkatkan harapan terciptanya resolusi untuk perang yang telah berlangsung selama 18 tahun di negara itu.
Dalam sebuah pidatonya yang disiarkan di televisi, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, mengumumkan bahwa pengurangan aksi kekerasan (RIV) akan dimulai pada tengah malam waktu setempat pada hari Jumat (19:30 GMT). Namun dia juga menambahkan bahwa pasukan keamanan mereka akan ‘tetap pada status aktif’ dalam menjaga pertahanan negaranya selama gencatan senjata parsial itu berlangsung.
Sebelumnya, Javid Faisal, juru bicara dari Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan Hamdullah Mohib, juga telah mengatakan bahwa selama periode RIV berlaku, pasukan keamanan Afghanistan akan tetap melakukan operasi militernya seperti biasa untuk berjaga-jaga terhadap kelompok-kelompok bersenjata lainnya, seperti ISIL (ISIS).
“Pemerintah daerah dan pejabat keamanan telah diinstruksikan secara langsung oleh presiden sendiri, tentang bagaimana cara mengikuti peraturan yang telah disepakati selama periode RIV (berjalan),” katanya, seraya menambahkan bahwa pasukan keamanan Afghanistan akan membalas terhadap setiap pelanggaran yang terjadi.
Pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, mengatakan bahwa setelah keberhasilan mereka mengimplementasi gencatan senjata parsial ini, AS akan bergerak untuk menandatangani perjanjian damai dengan Taliban pada tanggal 29 Februari nanti.
Segera setelah pengumuman dari Pompeo, Zabihullah Mujahid juru bicara dari Taliban, mengkonfirmasi perkembangan itu dan mengatakan bahwa kedua belah pihak akan mengirim perwakilan seniornya untuk mengambil bagian dalam ‘ritual penandatanganan’ perjanjian damai tersebut.
Pernyataan dari Taliban itu juga menyatakan bahwa penandatanganan perjanjian damai tersebut akan diikuti dengan pembicaraan intra-Afghanistan dengan berbagai partai politik yang ada di negara itu.
Pakistan dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) pun menyambut dengan baik atas pengumuman pada hari Jumat tersebut.
“Sekarang, kami berharap agar semua pihak di Afghanistan dapat mengambil kesempatan bersejarah ini, dan menyelesaikan semua permasalahan politiknya secara komprehensif dan inklusif demi perdamaian dan stabilitas yang bertahan lama di Afghanistan dan kawasan itu,” kata sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa RIV akan menjadi ‘ujian paling penting atas kesediaan dan kemampuan dari Taliban untuk mengurangi aksi kekerasannya’.
“Ini bisa membuka jalan bagi proses negosiasi di antara rakyat Afghanistan, untuk perdamaian yang berkelanjutan, dan memastikan agar negara itu tidak pernah lagi menjadi surga yang aman bagi para teroris,” tambahnya.
Haroun Mir, seorang analis politik Afghanistan, mengatakan bahwa meskipun pengumuman tersebut merupakan suatu perkembangan yang signifikan, proses pembicaraan intra-Afghanistan-lah yang akan menjadi tantangan terbesar mereka.
“Untuk mencapai penyelesaian akhir, kita harus melalui proses-proses negosiasi yang menyakitkan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban, dan butuh kesanggupan (kedua belah pihak) untuk membuat konsesi secara bersama-sama,” katanya.
“Mencapai titik kompromi akan memakan waktu yang lama, dan membutuhkan izin dari semua pemangku kepentingan utama di negara itu, pemegang kekuatan regional dan para tetangga dari Afghanistan,” tambahnya. (Aljazeera.com)