Filosofi Masjid 1000 Tiang : Masjid Tanpa Sekat
Arsitektur
Masjid Agung AL-Falah atau yang lebih dikenal dengan Masjid 1000 Tiang ini merupakan masjid terbesar yang ada di Kota Jambi. Dibangun pada 1971, masjid ini membutuhkan waktu 9 tahun hingga selesai dibangun. Masjid yang berbentuk seperti pendopo tanpa ada sekat namun memiliki banyak tiang ini tidaklah benar-benar memiliki seribu tiang. Nyatanya, masjid ini hanya terdiri dari 256 tiang saja.
Masjid 1000 Tiang memiliki satu kubah besar di tengah masjidnya, di masjid ini juga terdapat mihrab dan dinding yang berada di salah satu bagian masjidnya. Keseluruhan bangunan masjid menggunakan material beton bertulang, jika dilihat sekilas, jejeran tiang-tiang putih masjid ini memiliki kemiripan dengan tiang-tiang Masjid Agung Kota Roma, Italia.
Rastusan tiang masjid Al-Falah ini terbagi menjadi dua bentuk. Bentuk pertama merupakan tiang langsing berwarna putih dengan tiga sulur keatas menyangga sekeliling atap masjid sebelah luar. Dan bentuk tiang kedua berupa tiang-tiang silinder berbalut tembaga menopang struktur kubah ditengah masjid. Penggunaan tembaga untuk menutup tiang-tiang silinder ini memberikan kesan megah pada masjid.
Saat ini Masjid AL-Falah berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektar dengan luas bangunan masjidnya mencapai 6.400 m2 dan masjid ini ammpu emnampung sekilar 10 ribu jamaah. Masjid ini dibangun dengan bentuk bujur sangkar atau persegi dengan luas 80×80 meter.
Dirancang sebagai bangunan tanpa pintu dan jendela, mungkin sesuai dengan konsep penamaannya, yang berarti Al-Falah, atau dalam bahasa Arab berarti kemenangan atau kebebasan. Sementara bagian dalam kubah dihias dengan ornamen garis garis simetris mirip dengan garis lintang dan garis bujur bola bumi. Ring besar dibawah kubah dihiasi dengan ukiran kaligrafi berwarna emas yang mengelilinginya. Masjid ini diperindah dengan adanya lampu gantung yang berukuran besar terbuat dari tembaga, bergantung tepat di jantung kubah masjid.
Kilas Balik Masjid Agung Al-Falah
Masjid ini terletak di samping sungai terpanjang di Jambi, yaitu sungai Batanghari. Masjid yang didominasi warna putih ini merupakan salah satu bangunan paling bersejarah yang ada di Jambi. Ini dikarenakan tanah lokasi Masjid ini merupakan bekas Istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syarifudin.
Sultan Thaha Syarifudin menjadi Sultan di Kesultanan Jambi pada 1858, saat itu beliau membatalkan seluruh perjanjian antara Kesultanan Jambi dan Belanda yang dibuat oleh ayahnya. Hal ini kemudian emmbuat pihak Belanda marah dan akhirnya membakar habis Istana Tanah Pilih. Tahun 1906 tanah ini kemudian dijadikan oleh Belanda sebagai asrama tentara Belanda. Dan pada 1970 masih dijadikan sebagai asrama TNI di jambi. Tahun 1960, setelah Indonesia merdeka, para ulama dan tokoh Islam mulai memikirkan rencana pembangunan masjid di bekas tanah Istana Kesultanan Jambi, dan pada tahun 1971 akhirnya masjid ini baru berhasil dibangun. Masjid ini diresmikan oelh Presiden Soekarno pada tahun 1980.