Filolog Islam Nusantara Kuak Jaringan Ulama Sunda dan Jawa Timur Abad 19 M
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Filolog Islam Nusantara, Ahmad Ginanjar Sya’ban menguak temuan baru jaringan ulama Sunda dengan Ulama Jawa Timur pada abad ke-19 Masehi.
Terkuaknya jaringan ulama Sunda-Jawa Timur ini setelah Ginanjar mengkaji sebuah manuskrip tua yang ia temukan di Qatar. Tepatnya di Qatar National Library (QNL).
“Saat berada di kota Doha beberapa hari yang lalu, saya diperlihatkan pada salah satu manuskrip koleksi Qatar National Library (QNL),” tulis Ginanjar dalam unggahan di laman Facebook pribadinya, dikutip Selasa (16/1/2024).
Ginanjar menjelaskan, koleksi manuskrip yang dimaksud adalah berupa al-Qur’an yang berasal dari Pulau Jawa, pada kurun masa pertengahan abad ke-19 M.
Namun yang menarik dari manuskrip tersebut terdapat para teks yang memuat tulisan Arab dan akrasa Pegon.
“Pada dua halaman terakhir, terdapat teks lain di luar teks utama (parateks) yang ditulis dalam bahasa Aran dan juga bahasa Jawa aksara Arab (Pegon),” ungkapnya.
Dari parateks tersebut menurut Ginanjar terdapat informasi penting, terkait jejak sejarah jaringan keilmuan ulama Nusantara pada kurun masa pertengahan abad ke-19 M.
“Ini yang menghubungkan wilayah Jawa Barat dengan Jawa Timur, khususnya Cirebon dengan Surabaya,” jelasnya.
Ginanjar mengungkap, dari parateks yang ada, terdapat beberapa data dan informasi yang bisa digali.
Di antaranya adalah manuskrip selesai ditulis pada 26 Oktober 1857 Masehi.
Kemudian penulis dan pemilik manuskrip tersebut bernama “Afaroaitum”, yang berasal dari kampung Rajagaluh.
“Saya tidak tahu, apakah “Afaroaitum” tersebut nama sebenarnya, atau hanya nama samaran (alias). Pada masa itu, Rajagaluh termasuk ke dalam karesidenan (balad al-kabîr) Cirebon. Pada saat sekarang ini, Rajagaluh merupakan desa dan kecamatan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat,” ungkap Ginanjar.
Selanjutnya ditemukan pula catatan, tentang penulisan manuskrip tersebut dilakukan di wilayah besar (balad kabîr) Surapringga.
Surapringga sendiri merupakan sebuah nama kawasan lama bagi kota Surabaya, Jawa Timur.
“Di Surapringga, pada abad ke-19 hingga paruh pertama abad ke-20 terdapat sebuah masjid besar, keraton dan alun-alun yang menjadi ikon wilayah tersebut. Saat ini, tidak lagi ditemukan bekas bangunan masjid, keraton dan bahkan alun-alun Surapringga. Sekarang, bekas kawasan tersebut sudah berubah menjadi kawasan tugu pahlawan di kota Surabaya,” jelasnya.
Selain itu, terdapat dua buah kampung di balad kabîr Surapringga (Surabaya) yang disebut di dalam manuskrip tersebut, yaitu kampung Pogot dan kampung Bureng.
“Saya sendiri belum mendapatkan informasi mengenai keberadaan pesantren tua di kawasan Pogot.
Namun untuk kawasan kampung Bureng, memang di sana terdapat sebuah pesantren tua yang masih eksis hingga kini,” ujarnya. []