Doa Thalut Menjadi Kunci Kemenangan Islam
HIDAYATUNA.COM – Kunci kemenangan Islam saat menyerang pasukan musuh (Jalut), ada pada doa Thalut. Ia memohon doa agar Allah memberikan kemenangan kepadanya.
Doa Thalut itulah yang menjadi kunci rahasia kemenangan umat Islam. Saat itu jumlah pasukan Islam sangat kecil, dan harus melawan kaum kafir yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Doa Thalut ini diabadikan dalam Aquran surat Al-Baqarah ayat 250:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Rabbana afrigh ‘alaina shabran watsabbit aqdamana wanshurna ‘alal qaumil kafirin.”
“Wahai Tuhan kami, karuniakanlah ketabahan pada diri kami untuk berperang. Kokohkanlah langkah kami untuk menyerbu musuh, dan tolonglah kami mengalahkan kaum kafir.”
Thalut adalah seorang raja muda yang salih. Beliau diangkat menjadi raja bagi Bani Israil sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi, tepatnya di zaman Nabi Dawud.
Pada masa pemerintahannya, Raja Thalut harus menghadapi ribuan pasukan perang kafir yang dipimpin Jalut. Sementara pasukan Muslim yang dipimpin Raja Thalut dan Nabi Daud jumlahnya sangat sedikit.
Kejadian seperti ini pun berulang kali terjadi di zamannya Rasulullah Muhammad SAW.
3 Kunci Kemenangan
Ada hal lain rupanya yang menjadi alasan selain karena Allah mengabulkan doa dan permohonan Thalut untuk kemenangan umat Islam. Ternyata ada kesamaan doa yang dipanjatkan oleh pasukan Islam dari masa ke masa.
Apa saja kunci kemenangan Islam selain doa Thalut tersebut? Di antaranya ialah tentang kesabaran, keteguhan langkah, dan pertolongan.
Dilansir dari Republika.co.id, Ustaz Rafiq lulusan Darul Hadits Al Ghamidy Makkah menjelaskan. Kesabaran adalah kunci dari segala permasalahan, sebagaimana yang diwasiatkan Luqman al-Hakim pada putranya.
Lebih lanjur ustaz Rafiq mengatakan, Syekh al-Munajjid dalam kitab A’malul Qulubi menjelaskan. Setidaknya sabar terbagi menjadi tiga tingkatan. Ketiganya ada dalam diri Thalut.
Apa saja sabar itu? Jawabannya ialah, pertama sabar dalam menghadapi musibah. Kedua, sabar meninggalkan maksiat, dan tingkatan tertinggi adalah sabar dalam menjalankan ketaatan.