Ditagih Hutang Lebih Galak daripada Penagih? Hati-Hati, Begini Hukumnya

 Ditagih Hutang Lebih Galak daripada Penagih? Hati-Hati, Begini Hukumnya

Strategi Mengontrol Amarah Menurut Al-Qur’an (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Berhutang atau pun menagih hutang dalam Islam memiliki adab dan tata cara tersendiri. Begitupun dengan orang yang ditagih hutang, hendaknya bersikap baik dan sopan.

Ketika menagih hutang jangan sampai menggunakan cara-cara yang tidak baik seperti, mengumpat dan mempermalukan orang yang ditagih di depan umum. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar dan Aisyah, dikutip dari Bincangsyariah, Nabi Saw bersabda;

مَنْ طَلَبَ حَقًّا فَلْيَطْلُبْهُ فِي عَفَافٍ وَافٍ، أَوْ غَيْرِ وَافٍ

“Barangsiapa menuntut haknya, maka hendaknya dia menuntutnya dengan baik. Baik pada orang yang ingin menunaikannya atau pada orang yang tidak ingin menunaikannya.”

Begitu juga dengan orang yang ditagih, sebagai pihak yang berhutang. Dia wajib membayar hutangnya, dan komitmen dengan waktu yang telah disepakati untuk membayar hutang.

Jika memang belum mampu membayar, dia harus berterus terang dengan cara yang baik. Tanpa perlu menggunakan kata-kata kasar atau lebih galak dari orang yang menagih hutang.

Adab Ketika Nabi Saw Ditagih Hutang

Dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa Nabi Saw pernah ditagih hutang oleh seseorang dengan cara yang kasar di depan umum. Namun beliau tetap bersikap sabar dan baik, bahkan beliau menyuruh para sahabat agar membayar hutangnya dengan yang lebih baik.

Hadis dimaksud diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Abu Hurairah, dia berkisah;

كَانَ لِرَجُلٍ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَيْنٌ فَهَمَّ بِهِ أَصْحَابُهُ فَقَالَ دَعُوهُ فَإِنَّ لِصَاحِبِ الْحَقِّ مَقَالًا وَقَالَ اشْتَرُوا لَهُ سِنًّا فَأَعْطُوهَا إِيَّاهُ فَقَالُوا إِنَّا لَا نَجِدُ سِنًّا إِلَّا سِنًّا هِيَ أَفْضَلُ مِنْ سِنِّهِ قَالَ فَاشْتَرُوهَا فَأَعْطُوهَا إِيَّاهُ فَإِنَّ مِنْ خَيْرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ قَضَاءً

Ada seorang laki-laki yang Rasulullah Saw mempunyai hutang kepadanya.  Lalu para sahabat ingin memukulnya, namun beliau berkata; Biarkanlah dia, karena bagi pemegang kebenaran berhak menyatakan kebenarannya. Lalu beliau berkata; Belilah satu ekor anak unta lalu berikanlah kepadanya. Para sahabat berkata; Kami tidak mendapatkan anak unta yang dimaksud melainkan ada seekor anak unta yang umurnya lebih baik. Beliau berkata; Beli dan berikanlah kepadanya karena sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah siapa yang paling baik dalam membayar hutang.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *