Dinamika Politik Kerajaan Islam Jawa: Jipang, Pajang, Hingga Mataram
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Menelisik dinamika politik Kerajaan Islam di tanah Jawa pasca kerajaan Demak erat kaitannya dengan nama besar Jipang Panolan yang dipimpin oleh Aria Penangsang.
Denys Lombard dalam bukunya “Nusa Jawa: Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris” menyebutkan bahwa dalam dinamika perpolitikan kerajaan tak luput dari nama Aria Penangsang . Ia adalah penguasa dari Jipang. Letak berada di daerah Bengawan Solo bagian tengah. Tepatnya di utara Wengker yang telah berkembang pada abad ke-14.
“Sebagai seorang yang mahir dalam bidang pembunuhan politik, ia menyingkirkan dua lawannya. Penguasa kerajaan Jepara dan Sultan Demak sendiri, yaitu Prawata (kira-kira tahun 1568).” Demikian diungkapkan Denys Lombard pada halaman 36, dikutip Kamis (4/2/2021).
Akan tetapi pada saat Aria Penangsang mencapai puncak politik dan akan menduduki tampuk kekuasaan di kerajaan, ia gugur. Ia terbunuh dalam pertarungan satu lawan satu oleh Jaka Tingkir. Ia bergelar Adiwijaya, penguasa Negeri Pajang yang letaknya lebih ke barat (daerah Surakarta sekarang).
“Dia (Jaka Tingkir) kemudian menyandang gelar mertuanya dan mendirikan keraton di kerajaan Pajang,” jelasnya.
Dalam kancahj perpolitikan kerjaan, Jaka Tingkir selanjutnya memerintah di Pajang selama hampir dua puluh tahun (dari 1568 sampai kira-kira 1586). Sebelum digeser oleh salah seorang vasalnya dari barat, Senapati dari Mataram (1575-1601).
“Senapati ini adalah anak Ki Gede Pemanahan (meninggal sekitar tahun 1584). Ia telah membabat sebuah hutan tidak jauh dari kerajaan Yogyakarta sekaran dan mendirikan Kota Gede,” tandasnya.